Kamis, 26 Agustus 2010

Nyi Roro Kidul

Lagi nyari2 cerita ttg Nyi Roro Kidul, kepikiran pasca berbincang dengan Pak Eko Yulianto.

jadi inget percakapan dengan Pak Eko Yulianto waktu sempet pulang ke Bandung Ramadhan 2009..

Memang bencana adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
Pada dasarnya gempa dan tsunami adalah bagian dari dinamika alam dan bumi, menjadi bencana bagi manusia tatkala di lokasi tersebut ada hunian manusia.. tugas kita ada menyiapkan diri hidup berdampingan dengan dinamika alam. Secara scientific, gempa tsunami adalah suatu proses yang berulang dalam jangka ratusan tahun, maka adalah tugas kita menyampaikan dan meneruskan informasi dan kesiapan generasi sesudah kita...
Saya setuju dengan Pak Eko bahwa cerita melalui legenda, syair maupun lagu bisa jadi salah satu cara meneruskan pesan...
makanya masih penasaran dengan legenda ini hehe

Senin, 23 Agustus 2010

Puasa, Sekolah, dan Jualan Koran

dari Republika. semoga perjuangannya mampu menembus cita2nya yang tinggi! amiiinnnn..

*akhirnya ketemu juga berita yang inspiratif di koran  

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Namanya Riska. Ia adalah salah satu lulusan SDN Kenari, Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Di umurnya yang baru 12 tahun, ia sudah merasakan pahit manisnya hidup. Manis saat ia masih memiliki kedua orang tua dan tinggal di sebuah rumah bilangan Kwitang. 

Cobaan pun datang saat ayahnya yang mengidap darah tinggi meninggal karena terpeleset dari kamar mandi. Waktu itu, Riska masih duduk di kelas IV SD. Cobaan tak berhenti sampai disitu. Rumah kontrakannya di Kwitang pun ludes dilalap si jago merah. 

Ia dan keluarganya pun pindah ke Citayam. Sejak peristiwa itulah, Riska memutuskan untuk berjualan koran, meski ibunya sempat melarang. Tapi Riska tak menyerah. Ia tetap berkeras untuk menjadi pelajar, sekaligus pedagang.

"Bapak sudah meninggal waktu saya kelas empat. Nggak tega liat ibu kerja sendiri. Jadi saya mau jadi tukang koran," ujarnya saat ditemui usai shalat dzuhur di Mushala Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Berjualan koran, bagi anak berkulit hitam manis ini adalah pilihan hidup yang ia lakukan demi membantu ibunya mengurangi beban hidup. 

Pascawafat ayahnya, ibunya pun memutuskan untuk  menjadi petugas kebersihan di Lapangan Banteng karena tulang punggung keluarga yang telah tiada. Pekerjaan Riska berjualan koran itu ternyata membuahkan hasil yang cukup bagus lantaran banyak pembeli yang iba padanya. "Pada kasihan kali sama saya," ucap anak yang kerap memakai seragam sekolah dalam berdagangnya.

Meski demikian, tak jarang Riska pun harus diomeli bosnya lantaran korannya pernah tidak laku satu pun. "Pernah pertama kali dagang, nggak laku. Eh diomelin bos dan nggak boleh balik lagi besoknya. Disuruh cari bos lain," tuturnya.

Selain pernah diomeli oleh bos korannya, ia pun mengaku pernah kesulitan mendapatkan penghasilan. Apalagi jika hujan mengguyur, Riska tidak bisa berkeliling menjajakan korannya. 

Tak sekali dua kali bocah yang biasa mengambil koran dagangannya di Tugu Tani Jakarta Pusat ini mendapatkan cobaan dalam berdagang. Terlebih di bulan suci Ramadhan ini karena ia harus menjalani tiga aktivitas sekaligus. Puasa, sekolah dan berdagang.

"Saya bangun jam 4. Ambil dagangan dulu, terus sekolah. Pulang sekolah keliling dagang di daerah Tugu Tani dan sekitarnya," ucap siswi yang kini duduk di SMPN 273 Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun, anak yang kini tinggal di Citayam ini tetap memprioritaskan ibadah puasanya meski tentu, ia lelah. "Apalagi bulan puasa. Capek, haus. Tapi tetep puasa. Kan wajib," imbuhnya.

Riska pun bercerita, hampir tiap hari ia buka puasa di jalan. Selain itu, tak jarang dirinya belajar dan mengerjakan PR di kereta. Hal tersebut ia lakukan karena tak sempat ia kerjakan di rumah. "Berangkat subuh pulang pukul 22.00 WIB. Tidak sempat mengerjakan PR dan belajar di rumah. Buka puasa juga tidak pernah di rumah." katanya. Tak hanya itu, saking lelahnya, tak jarang pula Riska ketiduran di kereta.

Cobaan lain pun masih menyapanya di tempat ia bersekolah. Riska harus sabar dan tahan emosi manakala ia dicerca oleh teman-temannya dengan sebutan 'tukang koran'. Riska mengaku tak pernah sedih dengan cercaan itu. 

Saat ditanya mengapa ia memilih berdagang koran, Riska mengaku karena ia ingin pintar dengan membaca koran meski teman-teman seperjuangannya yang lain justru memilih untuk mengamen dari bus ke bus. "Teman-teman pada jadi pengamen. Saya ingin pinter dengan baca koran, karena harga buku kan mahal," ucapnya seraya mengakhiri pembicaraan.

Selasa, 17 Agustus 2010

"Aku" dan "Indonesia"-ku

Kali ini dari milis Fahima, Seneng baca cara Penulis menuturkan pikirannya ini.

Kadang mikir pola bahasa orang Jepang,
yang polanya Totem pro parte (??? dah lupa bahasa indonesia euy!)
Kl mengenalkan diri pasti "Nihon jin no ..."; "Nagoya Daigaku no .."
juga selalu menggunakan nama keluarga untuk perkenalannya.
Dengan cara itu secara ngga langsung mereka menjadi mewakilkan sesuatu..
Sehingga si "Aku"-nya harus cukup representatif untuk menjadi yang diwakilkannya 
(lieur yah bahasanya).

Kl pola bahasa Indonesia, dan bbrp lainnya, mulainya dari "Aku", baru kemudian 
dari mana asalnya,
sehingga ke-"aku"annya lebih kental.. kana..
makin lieur deh bahasanya :D

Inget masa-masa Nupace dulu, 
yang mempersatukan sekitar 50 mahasiswa dari seluruh penjuru dunia.
Bbrp teman dari US dan Eropa di hari perpisahan mengatakan
"persepsi saya tentang Islam, wanita yang berjilbab dan Indonesia telah berubah"
yang pertama bilang, Megan. Lalu teman-teman lainnya --
berubah image dari image yang diberikan Media, ke image yang dbawa kami (berdua ma Memed :D)
dan Agnes yang dari ngga kenal Indonesia, kini seneng banget dengan Indonesia :)

Memang "Aku" yang lebih menjadi peran
walau banyak "aku" yang "terlindas" sistem "ngga jelas" .. kana :D
tapi hanya "Aku" juga yang bisa merubah keadaan .. :D

Salam merdeka,
Rahma

----- Forwarded Message ----
From: Elviyesti Rosefa <truevee@yahoo.com>
To: fahima@yahoogroups.com
Sent: Wed, August 18, 2010 6:48:36 AM
Subject: [fahima] Menggugat Indonesia?

Menggugat Indonesia?
August 11, 2008 by Andi Arsana 
Bendera Merah Putih
I Made Andi Arsana , Heidelberg – Jerman
“Oh, Indonesia?! I know Susi Susanti. She is a very good badminton player!” 
Seseorang berteriak setengah histeris di Stasiun Kereta Api Frankfurt, Jerman 
ketika saya mengenalkan diri dari Indonesia. Tentu saja Susi Susanti yang lebih 
dikenalnya karena dia adalah penggemar bulu tangkis. Cerita ini senada dengan 
kejadian sebelumnya ketika saya baru saja menyelesaikan presentasi di Oslo, 
Norwegia. “I know Hasjim Djalal very well. He is one of the veterans of the law 
of the sea from Indonesia.” Tomas Heidar, ahli hukum laut berkebangsaan 
Islandia ini tentu saja familiar dengan Prof. Hasjim Djalal dibandingkan 
siapapun di Indonesia, karena reputasinya di bidang hukum laut yang tidak 
diragukan. Saya semakin teryakinkan bahwa “aku” lah sebagai anak bangsa yang 
bisa menjadi identitas bagi bangsa sendiri.
Di New York, saya bertemu dengan seorang gadis Thailand yang pintar dan baik 
hati. Sampan Panjarat, demikian namanya. Sejujurnya saya memiliki anggapan 
tersendiri tentang perempuan Thailand sebelumnya, terutama karena terlalu 
banyak informasi di internet yang barangkali tidak akurat tentang mereka. 
Sampan adalah contoh warga bangsa yang mencitrakan bangsanya dengan sangat 
baik. Sampan tidak sekalipun pernah menjelekkan bangsanya di depan siapapun. 
Ceritanya selalu diisi dengan kebanggan, kekaguman dan kepuasan akan bangsanya. 
Sampan adalah juga seorang pekerja pemerintah yang loyal. Tiga bulan bersamanya 
di gedung PBB di New York, tanpa disadari telah mengubah persepsi saya tentang 
Thailand, terutama gadis Thailand. Memang tidaklah selalu negara, tetapi sang 
aku sebagai warga negara yang akhirnya bisa menjadi identitas dan membangun 
citra bangsa.
Di saat seperti ini saya ingat pidato Presiden India yang beredar di internet 
dan sangat mengguhah. Kira-kira presiden mengatakan, it is YOU who should do 
something for your country, bukan orang lain. Bangsa ini terdiri dari 
sekumpulan aku dan akulah yang harus berbenah. Ketika sang aku tiba-tiba bisa 
menjadi orang yang disiplin dalam antrian taksi di sebuah sudut kita singapura, 
mengapa aku yang sama tidak bisa berbuat demikian di bangsa sendiri. Itulah 
contoh yang diungkapkannya dalam pidatonya. Benar memang, adalah sang aku yang, 
sekali lagi, bisa menjadi identitas bangsa, tidak selalu sebaliknya.
Dalam kesempatan lain saya bertemu dengan seorang kolega dari Filipina di 
Gedung PBB, New York. Sehari-hari ceritanya dipenuhi dengan hujatan kepada 
pemerintah dan bangsanya. Korupsi, ketidakjelasan hukum, penyuapan dan 
sejenisnya menjadi topik tentang Filipina hampir setiap kali kami bertemu. 
Perlahan namun pasti citra tentang Filipina terbentuk sempurna di kepala saya 
dan sayangnya citra itu sangat negatif. Di saat yang sama kolega ini juga 
berlaku ceroboh dan lambat dalam melakukan sesuatu. Cerita dan kondisi 
pribadinya menyempurnakan anggapan bahwa Filipina memang ada masalah. Saya 
tahu, terlalu pagi untuk menyimpulkan tetapi satu orang memang bisa menciptakan 
kesan tentang satu negara. Senada dengan ini, kawan lain dari Cameroon berlaku 
mirip. Komplain dan penghinaan terhadap bangsanya menegaskan kesan dan anggapan 
saya bahwa Afrika memang jauh dari maju dan jauh dari baik. Sekali lagi, satu 
orang memang bisa menciptakan kesan tentang sebuah bangsa.
Saya ingat ucapan para tetua di Bali. Jangan menghina orang tua, karena engkau 
akan menjadi anak orang hina. Jangan menghina sulinggih (pemuka agama) karena 
kamu akan jadi sisya (siswa/pengikut) sulinggih yang hina. Adalah diri ini yang 
menciptakan identatas sebuah komunitas tempat kita bernaung atau berafiliasi.
Ketika bersekolah di Australia saya bergaul dengan banyak sekali orang 
Indonesia. Saya mengerti banyak dari mereka yang kecewa terhadap Indonesia dan 
muak dengan segala macam ketidakadilan atau perlakuan tak semestinya yang 
mereka terima. Kini banyak dari mereka yang menjadi pembenci Indonesia, dan 
memutuskan untuk enyah dari bangsa sendiri dan hidup di negara tetangga. 
Terbayangkan betapa kebencian itu mendalam dari berbagai ceritanya. Ada yang 
bahkan sudah tidak bisa membedakan lagi mana Indonesia sebagai bangsa, dan mana 
pemerintah yang drepresentasikan oleh individu. Betulkah Indonesia, bangsa yang 
besar ini, yang harus dibenci dengan segala ketidaksempurnaan ini? Benarkah 
Indonesia, sebagai bangsa, yang harus dihujat dan dihina atas segala 
ketidaknyamanan hidup yang terjadi? Saya bertanya dan bertanya lagi.
Bukankah adalah diri ini dan sang aku yang membangun citra sebuah bangsa? Kalau 
kebencian akan Indonesia ini terjadi karena kekecewaan akibat dipersulit ketika 
mengurus passpor di kantor imigrasi, Indonesiakah yang harus dipersalahkan? 
Kalau kebencian itu tumbuh karena sertifikat tanah yang tidak kunjung beres 
sebelum beberapa lembar uang seratus ribuan harus direlakan untuk tangan yang 
tak semestinya, haruskah Indonesia yang dihujat? Kalau kebencian ini muncul 
karena macetnya Jakarta setiap hari akibat transportasi yang tidak beres, 
haruskah Indonesia yang dicaci maki? Kalau kebencian ini muncul karena uang 
beasiswa dari Dikti tidak kunjung turun sementara hidup di Heidelberg tidaklah 
murah, apakah kemarahan harus ditumpahkan kepada Indonesia? Siapakah Indonesia 
ini yang harus menerima kebencian dan kemarahan dari banyak sekali orang? 
Tidakkah ada seseorang yang telah bersalah dan membuat semua ketidaknyamanan 
itu terjadi? Orang bisa saja berteriak bahwa ketidakbaikan ini sudah mengakar 
dan dia sudah menjadi budaya sebuah sistem besar. Tidakkah sistem besar itu 
dibangun dari individu-individu? Bukankah sang diri ini yang akhirnya menjadi 
identitas? Siapakah yang harus diperaslahkan kalau demikian? Yang lebih 
penting, jika harus ada yang berbenah, siapakah yang harus berbenah?
Dalam ketidakmampuan saya menyimpulkan persoalan yang pelik ini, ijinkan saya 
mengutip lagu lama milik seorang sahabat bagi banyak orang, Iwan Falls. 
”Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita 
tinggalkan” Dirgahayu Republik Indonesia ke-63.

"crash pesawat" dan keajaibannya

Hari ini ada berita dari BBC, tentang pesawat Colombia yang jatuh dan cukup "hancur". Melihat fotonya langsung merinding, membayangkan situasi di dalam pesawat, dan jumlah korbannya yang kayanya bisa jad hampir semua meninggal melihat patahnya pesawat ini.

Tapiiiii--- sampai dua kali baca ulang kalimat awal. Yang tertangkap, 119 tewas. pas baca di bawahnya, bukan, hanya 1 orang tewas, itu pun diduga karena heart attack, aku membayangkan mungkin karena panik atau shock ya.. Pesawat ini membawa 131 penumpang, termasuk crew pesawat, dan dari kecelakaan ini, hampir semua, kecuali 1 orang selamat! subhanallah kebesaran Allah.. di paragraf berikutnya, aku membaca "miracle".. dan di beberapa berita lainnya dari berbagai sumber pun mengatakan keselamatan para penumpangnya sebagai sebuah miracle..

dan aku masih penasaran apa yang penumpang lakukan, sehingga bisa "lolos" dari kecelakaan maut ini --

Colombia plane breaks into pieces after crash

A police officer stands by a crashed plane sitting on the runaway at the airport on San Andres island in ColombiaThe Boeing 737 broke-up after crashing short of the runway

A Colombian passenger plane crashed and broke up as it came into land on an island in the Caribbean, injuring at least 119 people, officials have said.

One person died, apparently from a heart attack - officials said others were "scattered" over the runway.

The Boeing 737 was carrying 131 passengers and crew when it tried to land on the island of San Andres.

The passenger jet, operated by local airline Aires, was reportedly hit by lightning before it crashed.

It had flown from the Colombian capital, Bogota.

Col David Barrero from the Colombian Air Force said reports suggested the plane had crashed at 0149 (0649 GMT) on Monday and that "the skill of the pilot kept the plane from colliding with the airport".

At least 16 non-Colombian nationals were reported to have been on the plane, from countries including the US, Brazil, Costa Rica and France.

'Miracle'

A police statement said the plane's fuselage had broken up into three pieces and that passengers were "literally scattered over the end of the runway".

Start Quote

We tried to get out of the plane because it was starting to shoot flames”

Ricardo RamirezPassenger

The island's police chief, Col Hector Paez, said an 11-year-old girl who had been trapped beneath seats on the aircraft was among those severely injured.

The pilot reported that the plane was struck by lightning, Donald Tascon, deputy director of Colombia's aeronautics authority, said.

"We are inspecting the remains of the plane to try to establish what the damages were and what caused the accident," he told Reuters news agency.

Of 99 passengers taken to the Amor de Patria Hospital on San Andres, only four suffered major injuries according to the hospital director, Dr Robert Sanchez.

The woman who died is thought to have died from a heart attack, Dr Sanchez told Reuters.

Passengers said the plane had appeared to be landing normally before suddenly losing control.

"I felt an impact. My seat was knocked loose but I was able to unbuckle myself and get two of my daughters out," Heriberto Rua was quoted by Reuters as saying.

San Andres map

"We all felt the plane was arriving very, very quickly on the tarmac," 28-year-old French passenger Virginie Giroux told the AFP news agency.

"We did not feel the contact with the ground. We just saw everything flying, everything bursting in the plane."

Another passenger, Ricardo Ramirez, said the accident had "appeared out of nowhere".

"We tried to get out of the plane because it was starting to shoot flames. In a few minutes, a police patrol arrived and helped us," he told the Associated Press.

San Andres Governor Pedro Gallardo described it as a "miracle" that so many survived.

"We have to give thanks to God," he said, and praised rescue workers for their "fantastic" response.

San Andres Island, about 190km (120 miles) east of the Nicaraguan coast, is a popular tourist destination.


Asal Usul Nama Bandung

Dari IA-ITB, dari http://mahanagari.com/  

(asik juga nih linknya ttg Bandung! bikin kangen dehh--!) 

========================= 

Wilayah yang sekarang kita sebut Bandung pertama kali masuk peta pada waktu Gubernur Jendral Rafflesmembangun Grootepostweg (Jalan Pos) di tahun 1810. Waktu itu Bandung bernama Kabupaten Tatar Ukur. 


Daendels memerintahkan Bupati Tatar Ukur memindahkan ibukota Kabupatennya dari Krapyak ke arah utara sejauh 11 km sehingga pas berada di tepi Grootepostweg yang berpotongan dengan Sungai Cikapundung. Bupati Tatar Ukur waktu itu R. Wiranata Koesoemah IImenyebut kabupaten baru ini dengan nama Bandong dengan ‘pusat pemerintahannya’ yang masih sangat sederhana di daerah Dalem Kaum sekarang. Beliau sendiri berjuluk Dalem Karanganyar. 

Ada beberapa versi ibukota Kabupaten baru ini dinamakan Bandong. Yang pertama, adalah dari kata "bandung" yang dalam bahasa sunda artinya membendung aliran air, karena memang telah terjadi pembendungan sungai Citarum akibat letusan Gunung Tangkubanparahu dimana aliran lahar gunung menyumbat sungai sehingga terbentuk telaga yang luas. Yang kedua, dari kata "ngabandung" yang artinya berhadapan atau berdampingan, Talaga Purba Bandung bila dilihat dari Gunung Tangkubanparahu tampak seperti 2 danau yang berhadapan karena adanya penyempitan tepi danau di daerah Cimahi Selatan.

Pada dasarnya asal usul nama Bandung ini banyak sekali versinya. 

Dalam buku tulisan Haryoto Kunto, dapat ditemukan bahwa kata Bandung, berasal dari kata Bandong, sesuai dengan penemuan sebuah negeri kecil oleh seorang Mardijker bernama Julian de Silva. Dan tercatat pula bahwa Dr. Andries de Wilde, seorang pemilik kebun kopi yang sangat luas di daerah ini, meminang seorang gadis dan kemudian menikahinya yang berasal dari Kampung Banong (di daerah Dago Atas). 

Malah ada pula yang berpendapat Kata Bandung berasal dari sebuah nama pohon Bandong ‘Garcinia spec’ (Heyne : 1950 Jilid III, pada halaman 2233, menyebutkan bahwa Bandong ‘Garcinia spec’ sejenis pohon yang tingginya 10 - 15 m dan besar batangnya 15 - 20 cm, dengan batang tak bercabang. Pohon ini dieksploitasi setelah berumur 20 - 30 tahun, dengan cara menoreh kulit kayu sedalam 2 - 3 mm akan mengalirkan cairan kekuning-kuningan. Menurut Wiesner’s Rohstoffe digunakan untuk pengobatan, mewarnai pernis-pernis spirtus, lak emas ‘goudlak’, cat air dan fotografi. Jadi nama Bandung berasal dari Bandong yang sesuai dengan sebuah nama kampung yang telah ditemukan oleh seorang Mardijker bernama Julian de Silva di atas. (http://sundasamanggaran.blogspot.com)

Menurut penulis buku Wisata Bumi Cekungan Bandung, T. Bachtiar, Bandung juga artinya adalah persahabatan/perdamaian. Berasal dari Bahasa Kawi, Bandung artinya bersama-sama, bersahabat, bersaing, mendampingi, dan saling tolong menolong. 

Sebuah sejarah adalah sebuah proses yang panjang. Diceritakan dari mulut ke mulut. Kadang ditambahin, kadang dikurangin. Pada akhirnya banyak versi yang muncul menyertai perjalanan suatu sejarah sehingga kadang rancu mana yang benar dan mana yang salah. Tugas Mahanagari adalah menyampaikan berbagai macam versi tersebut, bukan memberitahu bahwa sejarah yang benar adalah 'ini' dan yang salah adalah 'itu.  

*** 

Foto : Grootepostweg (sekarang jl. Asia Afrika) - Alun-alun Bandung.

Sumber tulisan : dari berbagai sumber (buku-bukunya Haryoto Kunto, berbagai situs internet dan T. Bachtiar)

Kutipan pidato Presiden Amerika Serikat Herbert Hoover, yang ditulis ulang oleh Bu Esthi, alumni T.Fisika ITB : "Engineering is a great profession. There is a fascination of watching a figment of idea, emerged through science, to a plan on paper. Then it moves to realization on stones, or metal, or energy. Then it elevates the standards of living. That's the engineers' high priveleges'." - Untuk Akira di masa depan.... *one of many choice in life*

Senin, 09 Agustus 2010

Hari penting itu...

Nantes, 1991.

Rahma kecil berusia 10 tahun saat itu.
Hari itu, Mamah dan Papah mengajak ke kampus,
Mamah bilang hari ini hari pentingnya Papah,
Papah akan presentasi penting,
dan Mamah berpesan berulang kali agar aku bersikap manis dan tidak ribut. 

Aku ngga punya banyak memori berkunjung ke kampusnya Papah selain hari penting itu.

Aku pakai baju rok hari itu, baju yang paling jarang aku kenakan karena motah.
Aku jadi merasa penting, karena diajak ke hari pentingnya Papah,
sambil bertanya-tanya seperti apakah acara penting ini.
 
Tiba di kampus, kami memasuki sebuah ruangan besar.
Wah, aku cukup terpana melihat ruangan besar ini, 
yang jauh berbeda dengan ruang kelasku di sekolah.

Di depan ada meja panjang dan papan tulis besar dan mungkin sebuah podium.
kemudian ada kursi-kursi yang ditata seperti melingkar,
dan susunannya bertingkat ke belakang.

Mamah mengajakku dan adik-adikku duduk di tengah agak belakang, di sisi kiri ruangan.
Papah berdiri di depan, mengenakan jas dan dasi, gagah sekali hari itu.
di barisan paling depan duduk para profesor yang sedikit botak dan berambut putih.
Aku hanya tau profesor Papah saja, karena pernah berkunjung ke rumah dengan putrinya.
Kursi-kursi lainnya terisi oleh orang-orang lainnya, mungkin dosen, mungkin juga ada mahasiswa lainnya.

Rahma kecil sibuk membayangkan Rahma besar suatu hari nanti juga akan presentasi di ruangan besar ini, di hadapan profesor-profesor, gagah seperti Papah hari ini.
"Aku juga mau kuliah di ITB seperti Papah, lalu kuliah ke Perancis!"
Tekad Rahma kecil 10 tahun.
 
Hari-hari pun berlalu.
Papah bilang kalau mau kuliah ke ITB harus belajar yang baik.
Tapi aku lebih senang bermain.
Papah bilang di Bandung banyak anak-anak SMA 3 yang masuk ITB.
Tapi bayangan SMA 3 - Bandung begitu sangar dan tempat kutu buku.
Lagipula NEMnya tinggi sekali!
sepertinya ITB terlalu jauh untuk diraih.

NEM SMPku pas-pasan, 48 di tahun 1997.
padahal passing grade sebelumnya 50.
Tapi Papah bilang, dicoba saja daftar SMA 3,
karena tahun itu rata-rata nilai NEM turun dari tahun sebelumnya.

Ternyata aku beruntung berada di garis pembatas,
lolos masuk SMA 3 yang passing gradenya 48 tahun itu.
Lucky girl!
Ternyata SMA 3 tidak terlalu kutu buku.
Isinya orang-orang yang senang bermain sambil belajar.
Aku jadi banyak belajar me-manage waktu dari teman-teman.

Terimakasih Papah, untuk tetap mendorongku!
 
Hari-hari di SMA pun berlalu.
Waktu semakin mendekati UMPTN,
dan aku masih juga senang bermain dan berorganisasi.

Naik ke kelas 3, 
waktu aku melihat list jurusan di ITB, semua tampak begitu sulit.
 
Tapi Papah tetap mendorongku untuk mencoba.
Aku belajar keras di hari-hari terakhir SMAku,
ikut SSC dan belajar intensif dengan tetangga, mahasiswa Elektro ITB 4 tahun di atasku.

"coba Geodesi Ceu!" ujar Papah satu hari sebelum pengembalian formulir.
haa-- apa pula itu, tidak terkenal di kalangan teman-temanku.
tapi tampat keren dengan Mappingnya.

Ok deh! dicoba!

Ternyata lucky lagi.
Aku terpotong di list terbawah Elektro ITB
tapi masuk list atas di Geodesi ITB.
Mungkin bukan kebanggaan bagi anak2 SMA 3 untuk masuk Geodesi, 
tapi aku  senang,   
Satu citaku tercapai; bisa kuliah di ITB!

Aku tau bahwa aku harus mencari beasiswa untuk kelak bisa kuliah ke luar negeri.
Aku masih selalu menyimpan impian kuliah ke Perancis.
di tingkat 1 itu, bersama seorang sahabatku, kami berikrar untuk mencoba lulus cum laude. 
Katanya, kita harus memasang target yang tinggi.
Kalau ngga berhasil cum laude, mudah-mudahan bisa tetap punya IPK diatas 3.
Katanya kalau mau dapet beasiswa, harus punya IPK diatas 3 dan harus punya kemampuan bahasa inggris yang baik.

Tahun 2004, aku berhasil lulus cum laude bersama sahabatku itu.
Tapi aku menunda keinginan untuk aplikasi kuliah ke Perancis, 
karena menanti kelahiran putriku.
Dosenku kemudian menawarkan beasiswa S2 di Geodesi ITB.    

Di tingkat M2, aku mencoba apply beasiswa ke Perancis, juga ke Jepang.
Papah selalu menyarankan untuk ke Jepang saja kalau mau melanjutkan kuliah,
apalagi kalau temanya Tsunami dan Gempa,
jauh lebih cocok Jepang ketimbang Perancis.
Tapi aku sempat keukeuh mau ke Perancis!

Apa daya, beasiswa ke Perancis gagal, yang berhasil aplikasi yang ke Jepang.

***

Kini, 19 tahun kemudian,
Rahma besar menghadapi masa-masa penentuannya untuk bisa melakukan presentasi penting, seperti Papah 19 tahun yang lalu.
Ternyata, sulit sekali perjalanan menuju presentasi penting itu.

Sudah masuk waktu kritis,
masih juga berjuang dengan analisa data yang terus meng-adjust hipotesa awal.

Hari penting 19 tahun yang lalu itu selalu terbayang-bayang.
Cita-cita seorang rahma kecil,
yang dilalui selama 19 tahun,
tinggal 6 bulan lagi,
tapi terasa begituuu berat dan begitu jauh!

Berada di titik rendah,  
membuat semakin rindu kehadiran Papah, yang selalu memberikan ide-ide,
yang selalu bisa diajak berdiskusi tentang apapun,
yang selalu menyemangati..

Hari penting itu.. bisakah aku raih tepat waktu  ?

***

Nagoya, 10 Agustus 2010, 1:37 AM

Ngambil dari video yang dibuat Rifa. ditambah kesini 10 Februari 2011

"mamah, kapan puasa?"

Tanggal 24-25 Juli 2010,
Alhamdulillah terlaksana dengan sukses acara Sanlat anak dan Natsu camp Keluarga Muslim Indonesia Nagoya.
(Cerita lengkapnya, klik disini, link cerita dari PJ sanlatnya)

Tema Sanlat anak kali ini adalah "Ramadhan"
(tema panjang tepatnya lupa ^o^)
yang PJ acaranya adalah Ambiya.

Acara diawali dengan ice break "Kamishibai"
yang dibawakan Kak Ryka dan Kak Fatiya dalam bahasa Jepang
tentang cerita Dodo yang akan berpuasa.
kertas kamishibai digantikan dengan slide-slide bergambar yang dipancarkan dari projector.
Kamishibai ditutup dengan lagu Tasya, "Arti Puasa"
yang diputar berulang-ulang, diajari teks nya, nyanyi dan nari bersama ^o^

Waktu Kak Ryka nanya
"Danjiki dekisou na hito--???"
awalnya pada ragu-ragu, begitu 1 anak ngacung,
anak2 lain satu demi satu ngacung deh, termasuk Zahra! ^o^

Semua anak2 benar2 larut dalam suasana yang dikomandai Kak Ryka.

Pasca selesai sesi pagi,
Zahra pun nyamperin mamahnya
"Mamah, kapan puasa? Teteh mau puasa!"
"Tiga minggu lagi ya! Zahra dekisou??"
"un!"

***
Hari demi hari berlalu.
Ternyata Zahra masih inget sebentar lagi akan puasa
masih nanya "ato nan-nichi??"

***

Sewaktu liat Mamahnya ga makan lagi puasa
(ini mah puasa qada yang dipepet :p)
zahra pun mau ikut-ikutan
"Teteh juga mau puasa!"

5 menit kemudian,
Akira minta jus apel.
"Teteh juga mau jus apel!"
"loh, katanya mau puasa sampe siang?"
"yappari mau jus apel dulu!"

ha ha ha ^o^

***
Maju 1 langkah, mulai mengerti puasa.

Semoga sedikit demi sedikit mulai belajar dan bisa berpuasa.
amiinn..

***

Saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin,
selamat menunaikan ibadah di bulan suci ramadhan untuk sahabat semua 

Salam Ramadhan!

***

Lirik Lagu ” Arti Puasa “
Artis ” Tasya “

Apakah Arti Puasa
Puasa Tidak Makan
Puasa Tidak Minum
Sejak Subuh Sampai Magrib
 
Apakah Arti Puasa
Puasa Menahan Lapar
Puasa Menahan Haus
dan Menjaga Perilaku
 
Allah Sangat Suka
Allah Sangat Senang
Bagi Anak Puasa
Diberi Pahala
Ditempatkan Allah Dalam Syurga
 
Apakah Arti Puasa
Puasa Tidak Makan
Puasa Tidak Minum
Sejak Subuh Sampai Magrib
 
Apakah Arti Puasa
Puasa Menahan Lapar
Puasa Menahan Haus
dan Menjaga Perilaku
 
Allah Sangat Suka
Allah Sangat Senang
Bagi Anak Puasa
Diberi Pahala
Ditempatkan Allah Dalam Syurga
 
Apakah Arti Puasa
Puasa Tidak Makan
Puasa Tidak Minum
Sejak Subuh Sampai Magrib
 
Apakah Arti Puasa
Puasa Menahan Lapar
Puasa Menahan Haus
dan Menjaga Perilaku