Every day is a miracle Every day is an adventure each day will become memories
Kamis, 26 Agustus 2010
Nyi Roro Kidul
Senin, 23 Agustus 2010
Puasa, Sekolah, dan Jualan Koran
Cobaan pun datang saat ayahnya yang mengidap darah tinggi meninggal karena terpeleset dari kamar mandi. Waktu itu, Riska masih duduk di kelas IV SD. Cobaan tak berhenti sampai disitu. Rumah kontrakannya di Kwitang pun ludes dilalap si jago merah.
Ia dan keluarganya pun pindah ke Citayam. Sejak peristiwa itulah, Riska memutuskan untuk berjualan koran, meski ibunya sempat melarang. Tapi Riska tak menyerah. Ia tetap berkeras untuk menjadi pelajar, sekaligus pedagang.
"Bapak sudah meninggal waktu saya kelas empat. Nggak tega liat ibu kerja sendiri. Jadi saya mau jadi tukang koran," ujarnya saat ditemui usai shalat dzuhur di Mushala Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Berjualan koran, bagi anak berkulit hitam manis ini adalah pilihan hidup yang ia lakukan demi membantu ibunya mengurangi beban hidup.
Pascawafat ayahnya, ibunya pun memutuskan untuk menjadi petugas kebersihan di Lapangan Banteng karena tulang punggung keluarga yang telah tiada. Pekerjaan Riska berjualan koran itu ternyata membuahkan hasil yang cukup bagus lantaran banyak pembeli yang iba padanya. "Pada kasihan kali sama saya," ucap anak yang kerap memakai seragam sekolah dalam berdagangnya.
Meski demikian, tak jarang Riska pun harus diomeli bosnya lantaran korannya pernah tidak laku satu pun. "Pernah pertama kali dagang, nggak laku. Eh diomelin bos dan nggak boleh balik lagi besoknya. Disuruh cari bos lain," tuturnya.
Selain pernah diomeli oleh bos korannya, ia pun mengaku pernah kesulitan mendapatkan penghasilan. Apalagi jika hujan mengguyur, Riska tidak bisa berkeliling menjajakan korannya.
Tak sekali dua kali bocah yang biasa mengambil koran dagangannya di Tugu Tani Jakarta Pusat ini mendapatkan cobaan dalam berdagang. Terlebih di bulan suci Ramadhan ini karena ia harus menjalani tiga aktivitas sekaligus. Puasa, sekolah dan berdagang.
"Saya bangun jam 4. Ambil dagangan dulu, terus sekolah. Pulang sekolah keliling dagang di daerah Tugu Tani dan sekitarnya," ucap siswi yang kini duduk di SMPN 273 Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun, anak yang kini tinggal di Citayam ini tetap memprioritaskan ibadah puasanya meski tentu, ia lelah. "Apalagi bulan puasa. Capek, haus. Tapi tetep puasa. Kan wajib," imbuhnya.
Riska pun bercerita, hampir tiap hari ia buka puasa di jalan. Selain itu, tak jarang dirinya belajar dan mengerjakan PR di kereta. Hal tersebut ia lakukan karena tak sempat ia kerjakan di rumah. "Berangkat subuh pulang pukul 22.00 WIB. Tidak sempat mengerjakan PR dan belajar di rumah. Buka puasa juga tidak pernah di rumah." katanya. Tak hanya itu, saking lelahnya, tak jarang pula Riska ketiduran di kereta.
Cobaan lain pun masih menyapanya di tempat ia bersekolah. Riska harus sabar dan tahan emosi manakala ia dicerca oleh teman-temannya dengan sebutan 'tukang koran'. Riska mengaku tak pernah sedih dengan cercaan itu.
Saat ditanya mengapa ia memilih berdagang koran, Riska mengaku karena ia ingin pintar dengan membaca koran meski teman-teman seperjuangannya yang lain justru memilih untuk mengamen dari bus ke bus. "Teman-teman pada jadi pengamen. Saya ingin pinter dengan baca koran, karena harga buku kan mahal," ucapnya seraya mengakhiri pembicaraan.
Kamis, 19 Agustus 2010
Selasa, 17 Agustus 2010
"Aku" dan "Indonesia"-ku
Kadang mikir pola bahasa orang Jepang,
yang polanya Totem pro parte (??? dah lupa bahasa indonesia euy!)
Kl mengenalkan diri pasti "Nihon jin no ..."; "Nagoya Daigaku no .."
juga selalu menggunakan nama keluarga untuk perkenalannya.
Dengan cara itu secara ngga langsung mereka menjadi mewakilkan sesuatu..
Sehingga si "Aku"-nya harus cukup representatif untuk menjadi yang diwakilkannya
(lieur yah bahasanya).
Kl pola bahasa Indonesia, dan bbrp lainnya, mulainya dari "Aku", baru kemudian
dari mana asalnya,
sehingga ke-"aku"annya lebih kental.. kana..
makin lieur deh bahasanya :D
Salam merdeka,
Rahma
----- Forwarded Message ----
From: Elviyesti Rosefa <truevee@yahoo.com>
To: fahima@yahoogroups.com
Sent: Wed, August 18, 2010 6:48:36 AM
Subject: [fahima] Menggugat Indonesia?
Menggugat Indonesia?
August 11, 2008 by Andi Arsana
Bendera Merah Putih
I Made Andi Arsana , Heidelberg – Jerman
“Oh, Indonesia?! I know Susi Susanti. She is a very good badminton player!”
Seseorang berteriak setengah histeris di Stasiun Kereta Api Frankfurt, Jerman
ketika saya mengenalkan diri dari Indonesia. Tentu saja Susi Susanti yang lebih
dikenalnya karena dia adalah penggemar bulu tangkis. Cerita ini senada dengan
kejadian sebelumnya ketika saya baru saja menyelesaikan presentasi di Oslo,
Norwegia. “I know Hasjim Djalal very well. He is one of the veterans of the law
of the sea from Indonesia.” Tomas Heidar, ahli hukum laut berkebangsaan
Islandia ini tentu saja familiar dengan Prof. Hasjim Djalal dibandingkan
siapapun di Indonesia, karena reputasinya di bidang hukum laut yang tidak
diragukan. Saya semakin teryakinkan bahwa “aku” lah sebagai anak bangsa yang
bisa menjadi identitas bagi bangsa sendiri.
Di New York, saya bertemu dengan seorang gadis Thailand yang pintar dan baik
hati. Sampan Panjarat, demikian namanya. Sejujurnya saya memiliki anggapan
tersendiri tentang perempuan Thailand sebelumnya, terutama karena terlalu
banyak informasi di internet yang barangkali tidak akurat tentang mereka.
Sampan adalah contoh warga bangsa yang mencitrakan bangsanya dengan sangat
baik. Sampan tidak sekalipun pernah menjelekkan bangsanya di depan siapapun.
Ceritanya selalu diisi dengan kebanggan, kekaguman dan kepuasan akan bangsanya.
Sampan adalah juga seorang pekerja pemerintah yang loyal. Tiga bulan bersamanya
di gedung PBB di New York, tanpa disadari telah mengubah persepsi saya tentang
Thailand, terutama gadis Thailand. Memang tidaklah selalu negara, tetapi sang
aku sebagai warga negara yang akhirnya bisa menjadi identitas dan membangun
citra bangsa.
Di saat seperti ini saya ingat pidato Presiden India yang beredar di internet
dan sangat mengguhah. Kira-kira presiden mengatakan, it is YOU who should do
something for your country, bukan orang lain. Bangsa ini terdiri dari
sekumpulan aku dan akulah yang harus berbenah. Ketika sang aku tiba-tiba bisa
menjadi orang yang disiplin dalam antrian taksi di sebuah sudut kita singapura,
mengapa aku yang sama tidak bisa berbuat demikian di bangsa sendiri. Itulah
contoh yang diungkapkannya dalam pidatonya. Benar memang, adalah sang aku yang,
sekali lagi, bisa menjadi identitas bangsa, tidak selalu sebaliknya.
Dalam kesempatan lain saya bertemu dengan seorang kolega dari Filipina di
Gedung PBB, New York. Sehari-hari ceritanya dipenuhi dengan hujatan kepada
pemerintah dan bangsanya. Korupsi, ketidakjelasan hukum, penyuapan dan
sejenisnya menjadi topik tentang Filipina hampir setiap kali kami bertemu.
Perlahan namun pasti citra tentang Filipina terbentuk sempurna di kepala saya
dan sayangnya citra itu sangat negatif. Di saat yang sama kolega ini juga
berlaku ceroboh dan lambat dalam melakukan sesuatu. Cerita dan kondisi
pribadinya menyempurnakan anggapan bahwa Filipina memang ada masalah. Saya
tahu, terlalu pagi untuk menyimpulkan tetapi satu orang memang bisa menciptakan
kesan tentang satu negara. Senada dengan ini, kawan lain dari Cameroon berlaku
mirip. Komplain dan penghinaan terhadap bangsanya menegaskan kesan dan anggapan
saya bahwa Afrika memang jauh dari maju dan jauh dari baik. Sekali lagi, satu
orang memang bisa menciptakan kesan tentang sebuah bangsa.
Saya ingat ucapan para tetua di Bali. Jangan menghina orang tua, karena engkau
akan menjadi anak orang hina. Jangan menghina sulinggih (pemuka agama) karena
kamu akan jadi sisya (siswa/pengikut) sulinggih yang hina. Adalah diri ini yang
menciptakan identatas sebuah komunitas tempat kita bernaung atau berafiliasi.
Ketika bersekolah di Australia saya bergaul dengan banyak sekali orang
Indonesia. Saya mengerti banyak dari mereka yang kecewa terhadap Indonesia dan
muak dengan segala macam ketidakadilan atau perlakuan tak semestinya yang
mereka terima. Kini banyak dari mereka yang menjadi pembenci Indonesia, dan
memutuskan untuk enyah dari bangsa sendiri dan hidup di negara tetangga.
Terbayangkan betapa kebencian itu mendalam dari berbagai ceritanya. Ada yang
bahkan sudah tidak bisa membedakan lagi mana Indonesia sebagai bangsa, dan mana
pemerintah yang drepresentasikan oleh individu. Betulkah Indonesia, bangsa yang
besar ini, yang harus dibenci dengan segala ketidaksempurnaan ini? Benarkah
Indonesia, sebagai bangsa, yang harus dihujat dan dihina atas segala
ketidaknyamanan hidup yang terjadi? Saya bertanya dan bertanya lagi.
Bukankah adalah diri ini dan sang aku yang membangun citra sebuah bangsa? Kalau
kebencian akan Indonesia ini terjadi karena kekecewaan akibat dipersulit ketika
mengurus passpor di kantor imigrasi, Indonesiakah yang harus dipersalahkan?
Kalau kebencian itu tumbuh karena sertifikat tanah yang tidak kunjung beres
sebelum beberapa lembar uang seratus ribuan harus direlakan untuk tangan yang
tak semestinya, haruskah Indonesia yang dihujat? Kalau kebencian ini muncul
karena macetnya Jakarta setiap hari akibat transportasi yang tidak beres,
haruskah Indonesia yang dicaci maki? Kalau kebencian ini muncul karena uang
beasiswa dari Dikti tidak kunjung turun sementara hidup di Heidelberg tidaklah
murah, apakah kemarahan harus ditumpahkan kepada Indonesia? Siapakah Indonesia
ini yang harus menerima kebencian dan kemarahan dari banyak sekali orang?
Tidakkah ada seseorang yang telah bersalah dan membuat semua ketidaknyamanan
itu terjadi? Orang bisa saja berteriak bahwa ketidakbaikan ini sudah mengakar
dan dia sudah menjadi budaya sebuah sistem besar. Tidakkah sistem besar itu
dibangun dari individu-individu? Bukankah sang diri ini yang akhirnya menjadi
identitas? Siapakah yang harus diperaslahkan kalau demikian? Yang lebih
penting, jika harus ada yang berbenah, siapakah yang harus berbenah?
Dalam ketidakmampuan saya menyimpulkan persoalan yang pelik ini, ijinkan saya
mengutip lagu lama milik seorang sahabat bagi banyak orang, Iwan Falls.
”Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita
tinggalkan” Dirgahayu Republik Indonesia ke-63.
"crash pesawat" dan keajaibannya
Hari ini ada berita dari BBC, tentang pesawat Colombia yang jatuh dan cukup "hancur". Melihat fotonya langsung merinding, membayangkan situasi di dalam pesawat, dan jumlah korbannya yang kayanya bisa jad hampir semua meninggal melihat patahnya pesawat ini.
Colombia plane breaks into pieces after crash
A Colombian passenger plane crashed and broke up as it came into land on an island in the Caribbean, injuring at least 119 people, officials have said.
One person died, apparently from a heart attack - officials said others were "scattered" over the runway.
The Boeing 737 was carrying 131 passengers and crew when it tried to land on the island of San Andres.
The passenger jet, operated by local airline Aires, was reportedly hit by lightning before it crashed.
It had flown from the Colombian capital, Bogota.
Col David Barrero from the Colombian Air Force said reports suggested the plane had crashed at 0149 (0649 GMT) on Monday and that "the skill of the pilot kept the plane from colliding with the airport".
At least 16 non-Colombian nationals were reported to have been on the plane, from countries including the US, Brazil, Costa Rica and France.
A police statement said the plane's fuselage had broken up into three pieces and that passengers were "literally scattered over the end of the runway".
“Start Quote
Ricardo RamirezPassengerWe tried to get out of the plane because it was starting to shoot flames”
The island's police chief, Col Hector Paez, said an 11-year-old girl who had been trapped beneath seats on the aircraft was among those severely injured.
The pilot reported that the plane was struck by lightning, Donald Tascon, deputy director of Colombia's aeronautics authority, said.
"We are inspecting the remains of the plane to try to establish what the damages were and what caused the accident," he told Reuters news agency.
Of 99 passengers taken to the Amor de Patria Hospital on San Andres, only four suffered major injuries according to the hospital director, Dr Robert Sanchez.
The woman who died is thought to have died from a heart attack, Dr Sanchez told Reuters.
Passengers said the plane had appeared to be landing normally before suddenly losing control.
"I felt an impact. My seat was knocked loose but I was able to unbuckle myself and get two of my daughters out," Heriberto Rua was quoted by Reuters as saying.
"We all felt the plane was arriving very, very quickly on the tarmac," 28-year-old French passenger Virginie Giroux told the AFP news agency.
"We did not feel the contact with the ground. We just saw everything flying, everything bursting in the plane."
Another passenger, Ricardo Ramirez, said the accident had "appeared out of nowhere".
"We tried to get out of the plane because it was starting to shoot flames. In a few minutes, a police patrol arrived and helped us," he told the Associated Press.
San Andres Governor Pedro Gallardo described it as a "miracle" that so many survived.
"We have to give thanks to God," he said, and praised rescue workers for their "fantastic" response.
San Andres Island, about 190km (120 miles) east of the Nicaraguan coast, is a popular tourist destination.
Asal Usul Nama Bandung
Dari IA-ITB, dari http://mahanagari.com/
(asik juga nih linknya ttg Bandung! bikin kangen dehh--!)
=========================
Wilayah yang sekarang kita sebut Bandung pertama kali masuk peta pada waktu Gubernur Jendral Rafflesmembangun Grootepostweg (Jalan Pos) di tahun 1810. Waktu itu Bandung bernama Kabupaten Tatar Ukur.
Daendels memerintahkan Bupati Tatar Ukur memindahkan ibukota Kabupatennya dari Krapyak ke arah utara sejauh 11 km sehingga pas berada di tepi Grootepostweg yang berpotongan dengan Sungai Cikapundung. Bupati Tatar Ukur waktu itu R. Wiranata Koesoemah IImenyebut kabupaten baru ini dengan nama Bandong dengan ‘pusat pemerintahannya’ yang masih sangat sederhana di daerah Dalem Kaum sekarang. Beliau sendiri berjuluk Dalem Karanganyar.
Ada beberapa versi ibukota Kabupaten baru ini dinamakan Bandong. Yang pertama, adalah dari kata "bandung" yang dalam bahasa sunda artinya membendung aliran air, karena memang telah terjadi pembendungan sungai Citarum akibat letusan Gunung Tangkubanparahu dimana aliran lahar gunung menyumbat sungai sehingga terbentuk telaga yang luas. Yang kedua, dari kata "ngabandung" yang artinya berhadapan atau berdampingan, Talaga Purba Bandung bila dilihat dari Gunung Tangkubanparahu tampak seperti 2 danau yang berhadapan karena adanya penyempitan tepi danau di daerah Cimahi Selatan.
Pada dasarnya asal usul nama Bandung ini banyak sekali versinya.
Dalam buku tulisan Haryoto Kunto, dapat ditemukan bahwa kata Bandung, berasal dari kata Bandong, sesuai dengan penemuan sebuah negeri kecil oleh seorang Mardijker bernama Julian de Silva. Dan tercatat pula bahwa Dr. Andries de Wilde, seorang pemilik kebun kopi yang sangat luas di daerah ini, meminang seorang gadis dan kemudian menikahinya yang berasal dari Kampung Banong (di daerah Dago Atas).
Malah ada pula yang berpendapat Kata Bandung berasal dari sebuah nama pohon Bandong ‘Garcinia spec’ (Heyne : 1950 Jilid III, pada halaman 2233, menyebutkan bahwa Bandong ‘Garcinia spec’ sejenis pohon yang tingginya 10 - 15 m dan besar batangnya 15 - 20 cm, dengan batang tak bercabang. Pohon ini dieksploitasi setelah berumur 20 - 30 tahun, dengan cara menoreh kulit kayu sedalam 2 - 3 mm akan mengalirkan cairan kekuning-kuningan. Menurut Wiesner’s Rohstoffe digunakan untuk pengobatan, mewarnai pernis-pernis spirtus, lak emas ‘goudlak’, cat air dan fotografi. Jadi nama Bandung berasal dari Bandong yang sesuai dengan sebuah nama kampung yang telah ditemukan oleh seorang Mardijker bernama Julian de Silva di atas. (http://sundasamanggaran.blogspot.com)
Menurut penulis buku Wisata Bumi Cekungan Bandung, T. Bachtiar, Bandung juga artinya adalah persahabatan/perdamaian. Berasal dari Bahasa Kawi, Bandung artinya bersama-sama, bersahabat, bersaing, mendampingi, dan saling tolong menolong.
Sebuah sejarah adalah sebuah proses yang panjang. Diceritakan dari mulut ke mulut. Kadang ditambahin, kadang dikurangin. Pada akhirnya banyak versi yang muncul menyertai perjalanan suatu sejarah sehingga kadang rancu mana yang benar dan mana yang salah. Tugas Mahanagari adalah menyampaikan berbagai macam versi tersebut, bukan memberitahu bahwa sejarah yang benar adalah 'ini' dan yang salah adalah 'itu.
Foto : Grootepostweg (sekarang jl. Asia Afrika) - Alun-alun Bandung.
Sumber tulisan : dari berbagai sumber (buku-bukunya Haryoto Kunto, berbagai situs internet dan T. Bachtiar)
Kutipan pidato Presiden Amerika Serikat Herbert Hoover, yang ditulis ulang oleh Bu Esthi, alumni T.Fisika ITB : "Engineering is a great profession. There is a fascination of watching a figment of idea, emerged through science, to a plan on paper. Then it moves to realization on stones, or metal, or energy. Then it elevates the standards of living. That's the engineers' high priveleges'." - Untuk Akira di masa depan.... *one of many choice in life*
Rabu, 11 Agustus 2010
Senin, 09 Agustus 2010
Hari penting itu...
"mamah, kapan puasa?"
Lirik Lagu ” Arti Puasa “
Artis ” Tasya “
Puasa Tidak Makan
Puasa Tidak Minum
Sejak Subuh Sampai Magrib
Apakah Arti Puasa
Puasa Menahan Lapar
Puasa Menahan Haus
dan Menjaga Perilaku
Allah Sangat Suka
Allah Sangat Senang
Bagi Anak Puasa
Diberi Pahala
Ditempatkan Allah Dalam Syurga
Apakah Arti Puasa
Puasa Tidak Makan
Puasa Tidak Minum
Sejak Subuh Sampai Magrib
Apakah Arti Puasa
Puasa Menahan Lapar
Puasa Menahan Haus
dan Menjaga Perilaku
Allah Sangat Suka
Allah Sangat Senang
Bagi Anak Puasa
Diberi Pahala
Ditempatkan Allah Dalam Syurga
Apakah Arti Puasa
Puasa Tidak Makan
Puasa Tidak Minum
Sejak Subuh Sampai Magrib
Apakah Arti Puasa
Puasa Menahan Lapar
Puasa Menahan Haus
dan Menjaga Perilaku