saya jadi merenung...
setelah tinggal di Jepang tanpa PRT,
melihat dan belajar dari Ibu2 di jepang yang kebanyakan hidup tanpa PRT
(padahal mereka juga kerja di siang hari)
jadi merenung juga sebenernya kerjaan PRT itu mestinya melekat pada kemampuan basic kita..
kebutuhan PRT vs kehidupan tanpa PRT,
ada beberapa faktor:
1. keamanan, faktor penting saat meninggalkan rumah.
kadang PRT juga diperlukan untuk menitipkan rumah saat kita pergi
2. fasilitas
- mesin cuci baju
di sini mesin cuci hampir semua full otomatis, jadi tinggal masukin baju dan deterjen, ditinggal hingga udah bersih terperas
di Indo mesin cuci gini masih mahal kayanya, jadi tenaga yang diperlukan untuk nyuci jelas beda, apalagi kl ada anak dan bayi dengan cucian yang setumpuk..
dan entah karena mesin cucinya, atau meisn pengeringnya, atau deterjennya, atau moltonya,
tapi baju yang sudah dicuci saat dijemur itu biasanya ga terlalu kusut,
jadi bisa langsung dilipet tanpa disetrika (hehe,, ini mah saya we yang males :p)
- mesin cuci piring
Kl datang berkunjung ke teman jepang, rata2 pada punya mesin cuci piring, jadi juga menghemat tenaga untuk nyuci piring
* ini cita2 pisannn pengen punya, hehe
- ukuran rumah
disini rata2 rumah/apartemen pada kecil, jadi ketenagaan untuk beberesnya
3. Masak
Kayanya kebanyakan orang sini bisa masak, apalagi Ibu2nya (ya iyalah, ini mah retoris)
dan setelah disimak2, sehari2 masakan yang dimasak simple tapi komplit
mungkin karena bumbu2nya yang sederhana dibandingkan masakan indonesia.
selain itu juga kalo beli masakan jadi itu mahaaalllll
jadi kayanya otomatis orang akan terdorong untuk mau ga mau start masak.
4. Daycare
Biaya daycare untuk anak2 disni relatif terjangkau,
pendaftaran dan biaya daycare dikelola oleh pemerintah lokal,
dan biaya dikenakan berdasarkan pajak pendapatan.
Guru-guru di daycare pun lulusan universitas, khusus fakultas Guru untuk anak usia 0-5 tahun,
guru2 ini di universitas diajarkan mengenai perkembangan anak2 balita, diajarka aneka kreasi mainan, juga diajarkan musik dan wajib bisa bermain piano at least, termasuk juga permainan di luar dan aktifitas berkebun dan aktifitas lainnya di alam.
Keberadaan anak adalah penting, saat Ibu bekerja apakah anak dititipkan di daycare atau sama bibi,
denger2 harganya juga bisa hampir sama dengan gaji sang Ibu di Indo..
5. Kerjasama suami-istri di rumah otomatis meningkat (kayanya)
menyangkut pembagian tugas dan sebagainya
ini dulu dikatakan salah seorang sahabatku, sebelum dan sesudah punya PRT,
dia jadi terasa betul faktor koordinasi antara suami istri ini
bener juga ya kl dipikir2..
walau ya herannya Ibu2 Jepang rata2 bisa mengerjakan semua sendiri, hebat banget deh..
6. Lalu lintas (loh??) kayanya ini juga cukup berpengaruh.
jika jarak tempuh ke kantor/kampus misalkan memakan waktu 1 jam, plus tekanan darah tinggi di jalan (hehe).. kasus kaya di jakarta misalnya, hehe..
itu cukup menguras tenaga, pulang ke rumah itu kayanya dah habis deh tenaga untuk ngurus anak belum lagi rumah
enaknya makan sudah tersedia, tinggal makan, mandi, leha2 beristirahat.
beda jika jarak tempuh dekat tanpa tekanan darah tinggi di jalan, sampe rumah mungkin masih dalam kondisi ceria dan fit.
jika jarak tempuh jauh tapi menyenangkan, mungkin juga kita nyampe rumah dalam kondisi ceria.
disini alahmdulillah kondisi lalu lintas dan sistem transportasinya ramah, jadi ga terlalu membuang energi
Segini dulu yang terpikir..
hal ini menurut saya sangat penting untuk dipikirkan oleh masyarakat dan pemerintah
sebagai sinergi antara kehidupan rumah tangga dan kehidupan kerja
jika angka PRT dapat ditekan,
dan diiringi peniingkatan pendidikan,
mungkin juga SDM indonesia dapat meningkat,
bangsa juga jadi makin maju..
yah, sebagian dari idealitas ^_^