Kamis, 20 Agustus 2009

Melatih Anak Puasa Sejak Dini?

Sumber: http://kharisma.de/d/?q=node/111, dengan sedikit editan.
(banyak lagi artikel bermanfaat dan terkait di linknya)

Ramadhan telah tiba. Bulan yang penuh rahmah dan berkah. 

Kapan anak sudah bisa kita latih berpuasa?

Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak sebuah hadits ketika seseorang bertanya kepada Rosulullah tentang : Kapan seorang anak dilatih untuk shalat? Rosulullah menjawab: â??Jika ia sudah dapat membedakan tangan kanan dan tangan kirinya.â? Kalau kita memperhatikan hadits di atas, menurut bapak ibu usia berapa anak kita bisa membedakan tangan kanan dan tangan kirinya? Tentu sekitar 2 sampai 3 tahun bukan? Pada hadits yang lain Rosulullah saw bersabda: â??Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun dan pukulah ia pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya )â? (HR Abu Daud dan Tirmidzi dari Sabrah bin Maâ??bad Al-Juhani ra).

Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam mengatakan bahwa perintah mengajar shalat ini dpat disamakan untuk ibadah lainnya seperti shoum dan haji bila telah mampu. Mengikuti kedua hadits dan pendapat di atas,dapat dikatakan bahwa seperti halnya shalat maka puasapun sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak mereka berusia dua atau tiga tahun, yaitu ketika mereka sudah tahu membedakan tangan kanan dan tangan kirinya. Kalau memang sudah demikian kata Rosulullah tentu tidak ada alasan buat kita membantahnya.

Bagaimana dasar ilmiah dan psikologisnya melatih anak anak sejak dini?

1. Hasil temuan tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika menunjukkan bahwa pada saat lahir Alllah iu membekali manusia dengan 1 milyar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya. Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian bahkan bau keringat orang tuanya. Hubungnan sel-sel tersebut mencapai trilliun begitu anak berusia 3 tahun.

Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi apa yang disebut proses restrukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang tidak ulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Bila temuan ini kita hubungkan dengan hadits di atas, maha benar Rosulullah bahwa kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak kita termasuk di dalamnya masalah beribadah sedini mungkin dan mengulang-ulangnya selama 7 tahun, sehingga pada usia 10 tahun anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga insya Allah telah memahami makna pentingnya ibadah tersebut sehingga ia rela menerima sanksi bila ia tidak menunaikan ibadah tersebut dengan baik.

2. Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, sehingga mudah dibentuk sesuaidengan apa yang diinginkan orang tuanya.

3. Pada usia muda, anak menerima nilai dan kebiasan yang kita tanamkan dengan mempercayainya tanpa argumen. Usia 0-3 tahun ego anak belum begitu berkembang sehingga dia tidak seperti anak yang lebih besar yang egonya sudah mengalami perkembangan lebih baik, sehingga gampang protes.

4. Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadiannya kelak. Hal-hal yang baik maupun buruk yang terjadi dimasa balita mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya kelak.

5. Memanfaatkan daya ingat anak yang kuat semasa kecil seperti pepatah Arab : Belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.

6. Sebelum usia 5 tahun tokoh identifikasi anak adalah orang tua. Bila dia bertambah besar dan lingkungan pergaulannya sudah melebar dari hanya rumah maka anak juga mulai mengidentifikasi orang-orang lain di sekitarnya.

7. Mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiyah dan fisik. Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia mau dan bisa kemudian menjadi biasa dan terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kasabaran, keuletan dan semakin awal memulainya semakin baik.

Bagaimana kiatnya? Kiat utamanya adalah seperti apa yang tergambar dari riwayat bawah ini:

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkandari Ar-Rubaiyyi binti Muawwidz, berkata : Rosulullah saw mengutus seseorang pada pagi hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshor, katanya: â??Siapa yang pagi ini berpuasa maka hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya.â? Maka kamipun menyempurnakan puasa pada hari itu dan kami mengajak anak-anak kami berpuasa. Mereka kami ajak ke masjid, lalu kami beri mereka mainan dari benang sutera. Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu, sampai datang waktu berbuka. Hadits di atas mengajarkan kepada kita metode yang tepat dalam melatih anak beribadah yaitu melalui â??bermainâ?.

Bukankah bermain itu dunia anakâ??anak? Dan sudah pasti mereka menyukainya. Bagi kita orang tua, walaupun kelihatannya sepele hal ini tidaklah mudah. Bagaimana menyampaikan apa yang kita tahu tentang puasa itu dengan cara yang menyenangkan kalau bisa melalui bermain. Ini melalui persiapan dan ketekunan.

Apa saja yang perlu dilakukan? Apa saja tips membangun suasana Ramadhan bagi si Kecil?

Mengantarkan anak untuk saum dan memahami maknanya, bukanlah pekerjaan mudah. Keberhasilan yang kita harapkan memerlukan persiapan sejak jauh hari. Psikolog Ekorini Kuntowati, Dra, memberikan kita-kiat yang bisa dilakukan orang tua, untuk merancang pola pendidikan terbaik bagi putra-putrinya selama bulan Ramadan:

1. Pengenalan Ramadan.

Anak-anak selalu terpesona oleh cerita. Karenanya, jauh sebelum Ramadan datang, ayah dan ibu hendaknya rajin mengumpulkan kisah-kisah menarik seputar Ramadan. Pilihkanlah kisah-kisah sahabat dan perjuangan Rasulullah yang berhasil di bulan Ramadan. Bisa juga cerita-cerita lain yang berhubungan dengan Ramadan maupun puasa. Kisah-kisah semacam itu bisa dikumpulkan dari buku-buku, dongeng masa lalu, bisa juga kita karang sendiri.
Pengalaman-pengalaman masa kecil orang tua pun akan sangat menyenangkan bagi anak-anak jika dikisahkan satu atau dua pekan sebelum datangnya Ramadan. Jadi mood Ramadan sudah terasa di rumah kita menjelang bulan suci itu datang.

2. Suasana baru yang istimewa.

Mood Ramadan juga bisa diantarkan dengan perubahan fisik penampilan rumah. Berubahnya penampilan ruangan maupun kamar bisa memberi citra khusus di hati anak tentang bulan mulia ini. “Niat ayah mengganti warna cat rumah, mengapa tidak mengambil momen Ramadan ini? Ini akan sangat bermanfaat untuk menambah kegembiraan Idul Fitri nantinya,” papar Kuntorini.
Apalagi, dengan melakukannya sebelum bulan suci, kita akan terhindar dari terganggunya kekhusyukan ibadah yang lebih banyak lagi selama sebulan itu.
Menghias kamar anak dengan suasana khusus selama Ramadan, juga satu ide yang akan menambah motivasi anak untuk belajar saum. Menyulap suasana kamar mereka menjadi layaknya sebuah ruang pesta dengan hiasan kertas warna-warni di langit-langit kamar, hiasan dinding aneka bentuk dan rupa, bahkan juga balon, bisa didapatkan di toko atau bahkan dibuat sendiri bersama mereka. Bagaimana dengan hiasan dinding buatan ibu yang bertuliskan hadis atau motto dan semboyan yang membangkitkan semangat mereka untuk bertahan menahan lapar? Apalagi jika hiasan tersebut mereka buat dengan tangan mereka sendiri, maknanya akan lebih lekat di hati anak.

3. Siapkan jadwal khusus.

Perubahan jadwal hidup sehari-hari di bulan Ramadan juga memerlukan persiapan, agar tidak mengagetkan. Membiasakan anak bangun sahur, misalnya, bukan hal yang ringan.
Orang tua perlu merancang cara khusus dan istimewa untuk membuat anak mau membuka mata dengan gembira. Menyediakan minuman serta snack khusus kegemaran anak yang jarang didapatnya di luar bulan Ramadan, bisa dijadikan salah satu trik. Menu sahur yang istimewa yang sesuai dengan selera anak, menyetel lagu-lagu kegemaran mereka, atau mencarikan acara anak khusus bangun sahur di televisi.
Membiasakan anak melakukan shalat tarawih berjamaah di masjid, bisa menjadikannya sebagai pengalaman yang tak terlupakan. Tadarrus al-Qur’an dan mabit (menginap) di mushalla untuk itikaf, mengikuti pesantren Ramadan, ikut berkeliling kampung membangunkan orang untuk makan sahur, semuanya akan sangat menarik karena hanya ada dalam bulan Ramadan.

4. Beribadah dengan gembira.

Jangan sekali-kali memaksa anak untuk saum atau pun melakukan ibadah lain jika mereka enggan melakukannya. Yang bisa dilakukan orang tua adalah mengkondisikan lingkungan bermain dan kehidupan sehari-hari si anak dengan menyenangkan sehingga anak akan tertarik untuk mulai turut mencoba. Misalnya dengan mengundang kawan-kawan dekatnya untuk bersama-sama berbuka puasa di rumah. Bisa juga sahur bersama, dengan menginap di rumah.
Perasaan senang tanpa tekanan dalam beribadah sangat penting bagi anak-anak. Jika ibadah merupakan paksaan, di benaknya akan tersimpan secara tak sadar, bahwa ibadah identik dengan tekanan.

5. Membangun kreativitas dan inovatif.

Meskipun Idul Fitri masih jauh karena baru mulai Ramadan, bagus juga mendorong anak-anak untuk berkreasi menyambut hari kemenangan itu. Bisa dengan membuat kartu-kartu ucapan yang indah, atau mengajak mereka mengatur rumah agar lebih terasa nyaman untuk menerima tamu-tamu.
Untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari rasa lapar, juga bisa menggunakan berbagai jenis permainan. Buku-buku yang berisi permainan yang bisa kita rancang sendiri banyak tersedia di toko buku. Jenis-jenis kerajinan tangan pun bukan main banyaknya. Dengan bahan kertas aneka jenis dan aneka warna, dengan kain, dengan pelepah pisang, daun, ranting hingga biji. Dengan monte, manik-manik, atau sekedar spidol dan pensil warna.

Segala sesuatu bisa digunting, dirobek, dibakar, dilem atau dibentuk menjadi sebuah hasil karya menarik. Kegiatan istimewa lainnya selain bermain juga bisa dirancang sejak dini. Misalnya memasak kue-kue ringan untuk dibawa berkunjung ke panti asuhan, atau untuk berbuka puasa di rumah, berkebun dan banyak lagi.

Sejak di jaman kehidupan Rasulullah saw, para sahabat muslimah telah merancang kreativitas bagi putra-putrinya, khusus untuk menggembirakan hati mereka agar melupakan waktu yang terasa berjalan lambat selama saum. Hal ini nampak dalam sebuah kisah, ketika Rasulullah Saw mengutus seseorang pada hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshar dan berkata, “Siapa yang pagi ini saum hendaklah ia shaum dan menyempurnakan puasanya. Maka kami pun menyempurnakan puasa hari itu dan kami mengajak anak-anak kami saum. Mereka kami ajak ke masjid, lalu kami beri mereka mainan dari benang sutra. Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu. sampai datang waktu berbuka.” (HR Bukhari-Muslim)

6. Waspadai saat-saat kritis.

Ada saat di mana biasanya anak begitu bergairah untuk saum dan melakukan ibadah lain di bulan Ramadan. Biasanya ini terjadi di awal-awal, tetapi menjelang pertengahan bulan, anak mungkin sudah merasa lelah, sehingga enggan saum. Orang tua yang bijaksana harus mengantisipasi saat-saat kritis ini justru dengan memberikan kegiatan dan kreativitas yang paling menarik bagi anak.

Berhati-hati pula dengan saat-saat usai Ashar setiap harinya. Di sore hari seperti ini anak mungkin merasa sangat lapar, lelah, dan jemu menunggu. Di saat-saat ini mereka sangat membutuhkan perhatian dan dorongan dari ayah dan ibunya. Jangan hanya sibuk menyiapkan buka puasa sehingga menelantarkan mereka. Justru di saat-saat inilah ayah ibu perlu mengajak anak untuk melakukan berbagai jenis kegiatan yang tidak membutuhkan bayak kekuatan fisik.

Bismillahirohmaanirahiim..

tambahan. kartun Ramadhan anak yang Zahra beli CD-nya ternyata dah ada di youtube

6 komentar:

  1. ganbarimashou... semoga kita bs mendidik anak2 kita dgn baik...

    BalasHapus
  2. ma, tfs ya... btw paragraf terakhir bener banget. si daeng waktu baru2 puasa sehari penuh ya jam segitu itu udah ngeluh melulu, kadang udah kayak pengen nangis :-) bener juga ya, jgn sibuk nyiapin makan aja. mending sambil diajak main anaknya atau disuruh bantuin masak? hehehe

    BalasHapus
  3. Mba Rita, Ganbarimashou!

    Mba Devi: iya ya.. bada ashar jam taihen ya? makanya di Indo mah ada ngabuburit, hehe.. ntar kl zahra udah puasa gimana ya, diajak masak kali ya, abis siapa yang mau nyiapin buka kl bukan kita :D *tapi kalo tiap hari banget bosen ga ya masak hehe *
    kl ayahnya udah di rumah sih ya maen ma ayah ya.. goodluck ya Daeng! Moga2 nanti zahra akira juga bisa kuat kaya Daeng, amin!

    BalasHapus
  4. jemu menunggu, betul sekali, Rahma! dulu waktu aku kecil pernah membunuh waktu dengan menginjak2 es yg dikeluarkan dari lemari es (yg udah keras banget itu sampe mengganggu). setelah itu tau2 dimakan coba! hahaha....

    BalasHapus
  5. ahahhaha
    jagoan masih inget!
    btw itu anak2 ku juga coba, kan ngeluarin ES untuk sop buah, yang ada sama mereka diambil, dimain2in, dimasukin-keluarin mulut, haduhhhh .. jadi lieur deh

    BalasHapus