Senin, 25 Juli 2011

Catatan H-15: Puasa Pertama Anak

Puasa pertama anak
tim PPA-Fahima

Kapan anak kita siap puasa?

Mungkin pertanyaan ini merupakan pertanyaan semua ibu-ibu, terutama menjelang bulan puasa.  Beberapa Ibu memulai sedini mungkin sedari anak-anak TK, ada juga yang menunggu anaknya lebih besar setelah anak duduk di bangku SD.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, baik dari segi kesehatan, kekuatan fisik dan aktifitasnya. Sang Ibu lah yang paling tahu. Menurut Dr. Rashaad Laashin, pada umumnya anak akan siap berlatih puasa secara bertahap mulai usia 7 hingga 9 tahun, dan pada usia 10 tahun, anak yang sehat sudah siap udah puasa sepenuhnya.

“Kamu harus puasa dari matahari terbit hingga matahari terbenam”
Jika langsung, tentunya sangat berat untuk anak. Anak membayangkannya saja mungkin akan berkomentar “Muri! Ngga mau!” apalagi tahun 2011 ini, di Jepang bulan Ramadhan akan bertepatan dengan musim panas.

Mengajarkan untuk berpuasa secara bertahap dan dengan penuh kesabaran adalah hal yang tidak bisa kita hindari. Anak bisa mulai berpuasa hingga pukul 10, lalu bertambah hingga dzuhur. Jika sudah bisa, bertambah hingga Ashar. Lalu bertambah hingga pukul 6. Pada titik ini, kita bisa memberikan semangat yang lebih untuk berpuasa hingga magrib. “Hayu sedikit lagi Nak”

Beberapa point penting:
Ada beberapa hal yang sangat penting dari orang tua, sehingga anak kita dapat menghasilkan puasa yang optimum:
1. Kita harus mendorongnya berpuasa dari hati. Menjelaskan keutamaan Ramadhan pada sang anak adalah sangat penting. Pemaksaan untuk berpuasa dapat membawa akibat fatal, seperti anak berbohong dengan hanya berpuasa di depan orang tua nya, atau bahkan hingga membenci puasa.
2. Dorongan yang positif membawa pengaruh yang besar dan dapat lebih mudah membuat anak berpuasa. Pujian dan dorongan sangat penting untuk diberikan. Kita juga bisa memberikan hadiah baik berupa barang maupun berupa penghargaan.
3. Hal yang penting lainnya adalah menggali semangat yang kompetitif diantara anak. Hal ini efektif terutama jika anak mempunyai teman seumur dan juga seiman. Kita bisa mengajaknya ke pengajian lokal maupun ke mesjid untuk mempertemukannya dengan teman seumuran lainnya. Dalam hal ini, orang tua harus berhati-hati sekali membedakan dorongan yang membangun dengan perbandingan yang menjatuhkan. Berikan semangat bahwa teman-teman yang lain juga berpuasa untuk mendorongnya berpuasa, dan janganlah menghakimi anak kita jika kemampuan berpuasanya belum sama dengan temannya.
4. Perlu disadari pentingnya berpuasa secara bertahap. Puasa secara bertahap penting untuk memastikan kekuatan tubuh sang anak.

Apa yang harus kita lakukan jika anak kita berbohong mengenai puasanya?
“Saya puasa” (tetapi hanya saat Ibu melihat saya)

Dr. Hiba Isaawi, professor Psychology at the 'Ayn Shams School of Medicine, mengatakan terkadang anak perlu waktu yang cukup lama untuk memahami makna puasa yang sesungguhnya. Karenanya, jika sang Ibu menemukan anaknya makan secara diam-diam, ataupun jika kita menemui kesulitan untuk mengajari anak berpuasa, berikut beberapa rekomendasi:
1. Jangan pernah memarahi anak, dan jangan sama sekali mengatakan anak “pembohong”. Berikanlah penjelasan secara tidak langsung, misalnya melalui buku cerita, mengenai tidak baiknya untuk berbohong atau makan diam-diam di jam puasa.
2. Berikan penghargaan setiap hari, setiap anak berhasil berpuasa hingga titik yang disepakati. Penghargaan ini bisa berupa hadiah, uang, atau hal lainnya. Penghargaan harian sangat penting, untuk menghargai jerih payahnya setiap hari.
3. Jangan terlalu berharap anak kecil berpuasa sehari penuh. Lakukan secara bertahap, dan tambahlah waktu setiap harinya, sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
4. Pada saat anak puasa, pastikan untuk memberikan pujian, dan juga memberikan pujian di depan anggota keluarga lainnya, untuk menaikkan semangat dan kepercayaan dirinya. 
5. Jangan menaruh makanan ataupun minuman di tempat yang bisa terlihat oleh anak.
7. Kembangkan suasana yang religius dan atmosfer bulan Ramadhan di rumah. Berikan kepada anak suasana rumah yang berbeda, seperti menghias dinding dengan gambar yang baru bertema ramadhan. Ramadan harus menjadi sesuatu yang spesial.


Semoga kita memberikan pengalaman yang spesial di bulan Ramadan ini kepada anak-anak kita.

Tentunya, pengalaman Ibu-Ibu ditunggu ya, bagaimana realita, tips dan trik mengajarkan dan menanamkan semangat berpuasa kepada anak-anak kita di musim panas negeri Sakura.




Sumber: Hinaa al-Hamraani, http://www.ezsoftech.com/ramadan/ramadan31.asp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar