Senin, 27 September 2010

Ttg anak, malam ini..

paste langsung dari female kompas, biar ga lupa :)

5 Hal Tentang Balita yang Perlu Diketahui
Sisihkan waktu setidaknya 15 menit dua kali sehari untuk konsentrasi bermain dengan si kecil agar ia merasa diperhatikan.
Jumat, 17/9/2010 | 16:48 WIB

KOMPAS.com - Anda bisa saja berpikir Anda kenal anak-anak Anda. Tetapi, masih banyak hal yang perlu dipelajari mengenai balita. Berikut adalah 5 hal tentang balita yang perlu diketahui oleh para orangtua dari pengamatan Amy McCready, pendiri Positive Parenting Solutions:

1. Perhatikan si kecil, bukan hanya saat ia bikin salah
Mungkin terdengar seperti hal kecil, namun, menyisihkan (bukan menyisakan) waktu sekali atau dua kali sehari untuk berkonsentrasi dan bermain dengan si kecil bisa bantu banyak dirinya berkembang. Jangan salahkan ia jika banyak hal yang ia lakukan yang ia buat bikin Anda marah. Ingat mengenai gambar-gambar di dinding yang ia lakukan berulang padahal sudah diberitahu itu tidak boleh? Atau kebiasaan berulang untuk melompat di atas ranjang? Ya, itu adalah semacam cara barunya untuk menarik perhatian Anda. Sisihkan waktu 15 menit saja per hari untuk menemaninya dengan sungguh-sungguh, tidak setengah hati sambil main Blackberry. Anggaplah hal ini sebagai sebuah investasi. Waktu rutin yang Anda sisihkan untuknya akan berbuah sebagai sikap baik dari si kecil, karena ia mendapatkan atensi positif yang ia butuhkan. 

2. Anak-anak butuh untuk menjadi raja atas dirinya
Ya, di usia balita, anak merasa ia sudah cukup besar untuk menjadi orang yang bisa berpikir sendiri. Ia merasa sudah tahu banyak hal. Jika ia menolak apa pun yang Anda tawarkan dan meminta banyak hal, ia hanya ingin menunjukkan bahwa ia ingin menjadi raja atas dirinya. Trik yang disarankan McCready adalah untuk menawarkan alternatif. Misal, tawarkan dia beberapa pilihan mudah, seperti mau sereal atau roti untuk sarapan hari ini? Dengan memilih apa yang ia mau, ia akan lebih mudah bekerja sama karena merasa sudah bisa memilih sendiri. 

3. Ingin tahu banyak hal
Di usia balita, anak-anak biasanya ingin melakukan banyak hal yang dilakukan oleh orang dewasa. Ia pun ingin dinilai baik, membuat Anda bangga, dan dipuji oleh Anda karena bisa mengerjakan banyak hal yang dilakukan oleh orang dewasa. Tentunya, ia akan butuh Anda untuk mengajarinya. Dengan instruksi sederhana, ia mungkin sudah bisa membantu Anda mencari pasangan dari kaus kaki yang baru selesai dicuci, menaruh alas piring di meja makan, memberi makan si kucing, dan lainnya. Mengajarkan si kecil mengerjakan pekerjaan yang lebih bermakna akan memberinya rasa kepercayaan diri dan kemandirian. 

4. Tantrum
Jika si anak sudah mendapatkan perhatian yang ia butuhkan, seharusnya ia tak akan menimbulkan tantrum dan kemarahan untuk menarik perhatian Anda. Namun, jika ia masih saja marah-marah dan melempar tantrum, pastikan ia berada di tempat yang aman serta tidak mengganggu orang lain, biarkan ia mengeluarkan emosinya agar ia tahu bahwa perbuatannya itu tak akan mendapatkan perhatian atau kekuasaan karena bisa melakukan hal tersebut. Bukan hal menyenangkan untuk melempar tantrum saat tak ada penonton.

5. Ia butuh Anda untuk mendengarnya
Anak-anak belum bisa berkomunikasi dengan lancar selayaknya orang dewasa berkomunikasi. Ada kalanya ia mengalami kesulitan untuk memberitahu apa yang ia rasa, yang ia pikirkan, atau pun yang ia baru saja lihat. Saat ia berusaha bicara dengan Anda, bersabarlah, tenangkan diri dan pikiran, turunkan badan setingginya, lalu coba berbagai strategi untuk memahami maksudnya (misal, menunjuk barang). Semakin Anda bisa mengerti caranya untuk berkomunikasi, baik secara verbal maupun bahasa tubuh, ia akan makin percaya diri, dan makin berkurang pula tantrumnya. 

Dengan memberinya perhatian dan kekuatan positif, Anda tak hanya menghindari banyak perilaku tak menyenangkan darinya, tetapi juga menyiapkannya untuk mandiri sepanjang masa kecilnya.

9 Kesalahan dalam Mengasuh Anak Balita
Si kecil mengalami tantrum (emosi meledak dan merengek mendadak) di tengah umum? Jangan diladeni. Ajak ke tempat sepi hingga ia berhenti, lalu tawarkan pelukan.
Sabtu, 4/9/2010 | 17:01 WIB

KOMPAS.com - Kadang anak balita sangat lucu dan menggemaskan, tetapi ada saat-saat mereka sangat menjengkelkan dan Anda ingin menghukumnya. Anak balita bukan seperti mainan yang datang dengan buku manual dan cara pengoperasian. Menjadi orangtua, seperti sering diucapkan oleh orang bijak, adalah pekerjaan yang tak pernah ada hentinya. Berikut adalah 9 kesalahan yang umum dilakukan orangtua kepada anak balitanya:

1. Tidak konsisten
Pernah menyaksikan program Nanny 911 atau Super Nanny? Terlihat betapa sulitnya si kecil diajak kerja sama dan sulitnya mereka menurut jika Anda tidak konsisten dengan perkataan? Ya, anak balita harus mulai belajar mengenai konsekuensi sejak awal. Ia harus mengetahui apa yang akan didapatkan jika tidak pergi mandi atau tidur pada waktu yang seharusnya. Semakin konsisten dan bisa ditebak apa yang akan ia alami jika peraturan tak dipatuhi, semakin mudah anak diajak kerja sama. 

Maka, buatlah rutinitas yang tetap untuk si anak. Membuat konsistensi untuk orangtua atau pengasuh anak bisa menjadi tantangan yang amat sulit. Upayakan untuk tidak mencoba melakukan negosiasi dengan anak. Ragu-ragu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi anak yang membandel dan tidak menuruti aturan? Duduklah bersama pasangan Anda sejak awal dan bicarakan bagaimana merespons anak yang tak mematuhi peraturan agar si anak tidak mendapat pesan yang salah dan mengadu domba orangtuanya. 

2. Terlalu fokus pada waktu keluarga
Memang, menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga adalah hal baik, tetapi ada keluarga tertentu yang terlalu mengultuskan hal ini. Padahal, ada kalanya si anak ingin merayakan waktu pribadi dengan orangtuanya, hanya berduaan atau bertigaan. Waktu berduaan dan pribadi bisa menjadi hal menyenangkan bagi anak dan orangtuanya karena tak ada persaingan di antara saudara kandung. Cara yang bisa mengikat hubungan orangtua adalah bermain bersama. 

3. Terlalu sering menawarkan bantuan
Beberapa orangtua menganggap si anak balita masih seperti bayi yang belum mengerti banyak hal sehingga mereka lebih sering memberikan bantuan untuk segala macam. Sebelum menawarkan bantuan, pikirkan kemungkinan bahwa si anak akan berpikir bahwa memberikan bantuan kepada si kecil, itu berarti ia tak bisa melakukannya sendiri. Dengan kata lain, si kecil tak berkompeten. "Orangtua yang menawarkan terlalu banyak bantuan kepada anak balitanya bisa menyabotase kemampuan anak untuk percaya akan kemampuan dirinya sendiri," terang Betsy Brown Braun, penulis You're Not the Boss of Me. Kita harus membuat anak mampu berjuang sendiri. Tentu tak ada salahnya memberikan pujian dan dorongan, seperti mengatakan, "Kamu pasti bisa melakukan hal ini."

4. Terlalu banyak bicara
Perlu diingat, anak balita bukanlah orang dewasa dalam tubuh kecil. Mereka belum paham bagaimana cara berpikir dengan logika. Bayangkan, jika anak berusia 2 tahun minta kue, dan si orangtua menjawab "tidak", lalu si anak merengek, si ibu menjelaskan bahwa sudah saatnya makan malam, si ibu pun menarik kuenya, lalu mencoba menjelaskan lagi, dan si anak pun merampas, lalu berulang terus. 

Yang seharusnya dilakukan orangtua adalah setelah memberi tahu si anak untuk melakukan sesuatu, jangan memaksa untuk menjelaskan segalanya atau mencoba melakukan kontak mata. Jika si anak tak mau mematuhi, berikan peringatan dengan kata-kata sedikit atau hitung hingga 3. Jika si anak masih melanggar, lakukan time out atau konsekuensi langsung. Tanpa penjelasan!

5. Hanya menghidangkan makanan khusus anak
Si kecil sulit diberikan makanan orang dewasa? Atau ia hanya mau makan makanan ringan untuk anak-anak? Hal ini bisa terjadi karena kebiasaan. Cobalah mengajak anak mengonsumsi apa yang Anda makan di meja makan jika ia seharusnya sudah siap makan makanan berat. Banyak anak sudah mau mencoba makanan baru jika ia melihat ayah dan ibunya menikmati makanan itu. Jika ia menolaknya, tetap sodorkan kembali. Beberapa anak balita harus mencoba banyak tipe makanan hingga mereka memutuskan mereka menyukai makanan itu. 

Braun mengatakan, banyak anak suka keributan gara-gara makanan. Asalkan ada makanan pada piring si anak, jangan khawatir. Jangan biarkan si anak menjadikan Anda koki khusus untuknya yang menyajikan makanan berbeda daripada yang lain, padahal ia sudah bisa mengonsumsi makanan yang sama dengan orang dewasa. 

6. Terlalu dini menyingkirkan tempat tidur bayi
Tempat tidur khusus untuk bayi bukan hanya dibuat untuk menjaga keamanan si bayi saat tertidur, tetapi juga untuk membuat kebiasaan tidur yang sehat. Saat anak terlalu dini dipindahkan ke kasur, mereka bisa sulit tidur, kadang di pengujung malam, mereka akan datang ke kamar orangtuanya, minta ditemani. Saat yang tepat untuk memindahkan anak ke tempat tidur besar adalah saat ia sudah mulai memanjat ingin keluar dari tempat tidurnya atau saat ia sudah minta keluar dari tempat tidurnya tersebut. Kebanyakan anak sudah siap pindah di antara rentang usia 2-3 tahun. 

7. Memulai latihan menggunakan toilet terlalu awal

Beberapa orangtua memaksa anaknya menggunakan toilet saat dirasa si anak harusnya sudah belajar, padahal bisa saja si anak belum mau, dan ini bisa mengakibatkan tarik ulur kekuatan. Anak akan belajar menggunakan toilet saat mereka siap dan prosesnya tidak harus diburu-buru. Namun, Anda bisa siapkan langkah-langkahnya. Tunjukkan toilet kepada anak, beri tahu fungsinya dan cara penggunaannya. Beri pujian jika si anak mau mencoba menggunakannya. 

8. Tidak membatasi jam nonton televisi
Banyak anak balita menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Hal ini bisa membuatnya sulit belajar. Studi mengatakan bahwa anak di bawah usia 2 tahun sebenarnya belum paham apa yang ditayangkan di televisi atau monitor komputer. Coba buat si kecil sibuk dengan kegiatan lain, seperti membaca bersama atau kegiatan kreatif lainnya. Coba lakukan perbincangan dan mendengarkan agar si kecil bisa belajar berkomunikasi. 

9. Mencoba menghentikan rengekan besar
Beberapa orangtua khawatir, jika si anak yang tak bisa diatur akan membuatnya terlihat seperti orangtua yang tidak efektif. Namun, ada kalanya si anak akan melakukan rengekan besar. Ketika mereka melakukan hal tersebut, percuma kita meminta mereka berhenti melakukannya, bahkan jika hal tersebut terjadi di depan orang banyak. 

"Saat tantrum terjadi di depan orang banyak, kita akan merasa seperti dihakimi. Kita merasa ada papan neon di atas kita yang mengatakan bahwa kita adalah orangtua yang tak kompeten," ungkap Braun. Padahal, para orangtua harusnya ingat, yang lebih penting adalah apa yang terjadi pada si anak, bukan pendapat orang lain, apalagi orang asing. Jika ini terjadi, cobalah membawa si anak ke lokasi yang sepi agar si kecil berhenti berteriak dan mengeluarkan emosinya. Ketika hal ini selesai, Braun menyarankan agar Anda menawarkan pelukan untuk si anak dan jalani lagi hari Anda.

Pentingnya Daya Imajinasi pada Anak

Yoshimi Hori dalam acara seminar dan workshop anak, buku, dan dunia dongeng, Jakarta, Selasa (3/3).
Selasa, 3/3/2009 | 20:58 WIB

JAKARTA, SELASA — Saat ini banyak orangtua yang tidak menyadari pentingnya daya imajinasi pada anak. Pada umumnya orangtua hanya mengajarkan anaknya membaca dan berhitung saat mereka balita.

Demikian hal tersebut dinyatakan oleh Yoshimi Hori, salah seorang pendiri Jakarta Japan Network (J2net) dalam acara seminar dan workshop anak, buku, dan dunia dongeng di The Japan Foundation, Jakarta, Selasa (3/3). Padahal, menurutnya kemampuan imajinasi pada dunia nyata sangat penting untuk berpikir kreatif dalam merencanakan sesuatu dan berkomunikasi dengan baik.

Ia menyanggah pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa daya imajinasi hanyalah kegiatan mengkhayal. Ia mengatakan, imajinasi adalah kemampuan untuk menciptakan bentuk atau gambaran dalam pikiran, bukannya kegiatan mengkhayal yang tidak jelas tujuannya.

Kemampuan imajinasi ini menurutnya hanya dapat berkembang dari usia balita sampai delapan tahun karena manusia memiliki hal-hal yang harus dipelajari pada setiap usia pertumbuhannya, yang hanya pada saat itulah hal tersebut bisa didapat.

Menurutnya, salah satu cara yang efektif untuk merangsang daya imajinasi anak adalah dengan mendongeng atau bercerita. Namun, ia menyayangkan banyak orangtua saat ini yang tidak memiliki keterampilan mendongeng.

"Oleh karena itu, buku bergambar menjadi salah satu solusinya," ujar Yoshimi. Dengan menggunakan buku bergambar, maka setiap orangtua dapat dengan mudah mengembangkan cerita dari gambar-gambar yang ada. Para orangtua juga tidak perlu memiliki banyak perbendaharaan cerita anak-anak.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat mengembangkan wawasan anak dan memperkaya perbendaharaan kata mereka. Ketika anak mendengar dan melihat gambar-gambar tersebut, maka dengan sendirinya ia akan belajar berkomunikasi dan menambah wawasannya dari gambar-gambar tersebut.

Terakhir, ia mengatakan, kegiatan mendongeng adalah cara yang efektif untuk mempererat hubungan orangtua dan anak.

Yang Sopan Dong, Nak...
Kamis, 25/9/2008 | 10:49 WIB

MELIHAT Si Kecil takzim mencium tangan kakek neneknya, memberi salam, atau terbiasa mengucapkan terima kasih tentu sebagai orangtua kita akan bangga. Tata krama atau sopan santun sudah dibutuhkan Si Kecil sejak ia mengenal sosialisasi. Sikap sopan santun yang dimiliki anak akan membuatnya bisa berperilaku etis dan hidup harmonis.

Anak yang berlaku sopan tentu tidak didapat begitu saja. Sebagai orangtua Anda perlu mengarahkan dan mengajarkan anak nilai-nilai yang penting, seperti sopan santun, berbagi, berempati, serta membantu orang lain. Pola pengajaran yang tepat bukanlah melalui nasihat, melainkan lewat contoh tindakan. Untuk itu sebagai orangtua Anda harus konsisten berperilaku santun karena orangtua merupakan role model bagi anak.

Mengajar tata krama haruslah dimulai dari rumah dan ini menjadi tugas para orangtua. Sejak mula, biasakan anak untuk mengucapkan "terima kasih" atau "tolong" saat meminta bantuan. Berikut beberapa jenis "pelajaran" tata krama yang disesuaikan dengan usia anak.

Usia Balita
- Membuang sampah pada tempatnya.
- Mengucapkan kata-kata sapaan, seperti selamat pagi, halo, sampai jumpa, atau terima kasih.
- Makan menggunakan sendok garpu.
- Mencium tangan.
- Melepas sepatu di dalam rumah atau di atas sofa dan tempat tidur. 

Usia 5 tahun
- Memberi salam pada orang yang ditemui.
- Menatap wajah orang yang diajak bicara.
- Makan di meja makan.
- Tidak boleh makan sambil mencecap lidah.
- Meminta izin bila ingin memakai barang orang lain, misalnya mainan temannya.
- Tertib mengantre dan menunggu giliran.

Jika Anak Suka Menggigit
Senin, 23/2/2009 | 15:23 WIB

Menggigit diri sendiri atau orang lain kerap dilakukan balita untuk menyalurkan emosi negatifnya. Selain untuk menyalurkan kekesalannya, gigitan balita juga kerap dilakukannya sebagai upaya untuk menggoda atau menarik perhatian. Bagaimana mengatasinya?

- Bila si kecil menggigit untuk mengekspresikan rasa marah dan frustasi, saat ia mulai menggigit, pegang tangannya dan katakan bahwa ia tidak boleh berbuat demikian. Balita berusia satu tahun sudah mengerti apa yang Anda ucapkan. Jelaskan mengapa Anda melarangnya melakukan sesuatu.

- Saat ia sudah tenang, ajari si kecil untuk meminta maaf pada orang yang digigitnya. Tujuannya adalah untuk mengasah empati anak.

- Bila hobi menggigitnya dilakukan untuk menarik perhatian Anda, mungkin Anda perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk bermain bersamanya. Namun, jangan langsung meladeninya begitu ia mulai menggigit. Biarkan ia tenang dulu, agar anak tidak memanipulasi Anda.

- Bila ada tanda-tanda ia mulai ingin menggigit, alihkan perhatian si kecil pada hal lain. Ajak ia untuk bermain atau bernyanyi. Jangan lupa untuk memuji si kecil bila ia bersikap baik dan tidak menggigit.





2 komentar:

  1. Mbak, minta izin dilink ke situs kami ya... terima kasih :)

    BalasHapus
  2. Silakan Mba, saya juga ngambl dar kompas sono mama :) salam kenal juga ya

    BalasHapus