Jumat, 05 Agustus 2011

Catatan H4: Menjaga kesehatan anak saat berpuasa

Kemarin membaca artikel dari tim PPA Fahima, dan hari ke-4 ini mengalami masalah jam tidur pada Zahra 

Pasca sukses saur, puasa hingga tengah hari, lalu puasa lagi hingga magrib, turut buka hingga tawareh di mesjid, esok harinya Zahra baru bisa dibangunkan jam 10!! (itu pun dibangunkan) Jam 3 sempet bangun, tapi nangisss. Oh-oh!! memang jam tidur anak ini harus sangat berhati-hati dan haru diakalin ya, tapi gimana ngakalinnya ya????

Akhirnya kami memikirkan untuk lebih fokus mengajarkan dulu puasanya, tanpa terlalu mengganggu waktu tidurnya. 
Rumusnya: Kurang tidur = rewel  --> yang uring2an bisa bukan cuman anaknya, tapi ibunya juga he he...
Kalau nanti sudah bisa puasa dari bangun tidur normal hingga magrib, baru akan dimajukan sedikit sedikit jam tidurnya.
Pasalnya, Zahra termasuk yang sudah tidur siang! selain itu juga ibu bapaknya ngampus siang hari.. jadi kuncinya saat ini di tidur malamnya...
Sepertinya,, beginilah akan kami jalani sementara ini....


Menjaga Kesehatan Anak Saat Berpuasa
tim artikel PPA-Fahima

Orangtua mana yang tidak bahagia melihat putra-putrinya sudah mau dan bisa berpuasa. Namun terkadang juga ada kekhawatiran apakah puasa bisa mengganggu kesehatan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Apalagi jika anak sulit makan sahur. Bagaimana dengan asupan gizinya?
Bila ditinjau dalam bidang kesehatan tampaknya puasa juga bisa dilakukan oleh anak usia pra akil balig tetapi harus dipertimbangkan secara cermat kondisi dan keterbatasan kemampuan anak.

Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam melatih anak berpuasa agar puasanya bisa berjalan lancar, yaitu:
1. Jam Tidur anak
    Saat bulan ramadhan jadwal aktifitas anak berbeda dengan sebelumnya. Dalam bulan tersebut aktifitas anak bertambah dengan kegiatan sholat tarawih, makan sahur atau  pesantren kilat. Bila jam tidur ini berkurang atau berbeda dengan sebelumnya akan mempengaruhi keseimbangan fisiologis tubuh yang sebelumnya sudah terbentuk.
    Gangguan keseimbangan fisiologis tubuh ini dapat berakibat menurunkan fungsi kekebalan tubuh yang berakibat anak mudah sakit. Sebaiknya orang tua harus ikut     merencanakan dan memantau jadwal aktifitas anak termasuk jam tidur anak dengan cermat.
    Pada usia pra balig kebutuhan tidur anak secara normal berkisar antara 10-12 jam per hari, dengan rincian malam hari 10 jam dan siang hari 1-2 jam. Pada bulan ramadhan orangtua hendaknya dapat memodifikasi jadwal tidur ini dengan baik. 
    
2. Asupan Gizi 
    Hal lain yang harus diamati adalah mengenai asupan gizi pada anak.Anak harus mendapatkan makanan beragam dan mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.  Dalam hal ini sahur memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan kalori anak. Seringkali waktu sahur, anak susah dibangunkan dengan alasan masih mengantuk. Meski begitu, jangan sampai anak melewatkan waktu sahur.
    Kurma dan pisang baik untuk sahur dan buka karena banyak mengandung mineral dan vitamin. Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan protein saat sahur, sehingga pengosongan lambung berjalan lebih lambat. Jangan langsung tidur setelah sahur untuk menghindari mual. Orangtua perlu menyiapkan menu-menu kegemaran anak saat sahur dan berbuka untuk memompa semangat anak dalam berpuasa. 

3. Kestabilan Emosi
    Ibadah puasa mempunyai pengaruh positif terhadap pendidikan perkembangan anak. Tetapi harus diwaspadai bahwa aktifitas puasa juga dapat berpengaruh negatif bila tidak mempertimbangkan kondisi taraf perkembangan anak. Hal ini terjadi bila ibadah ini dilakukan dengan paksaan dan ancaman. Kondisi lapar dan haus saat berpuasa bisa mempengaruhi kestabilan emosi dan perilaku anak. Oleh karena itu orangtua harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan buat anak dalam menjalani ibadah puasanya.

4. Kondisi yang harus diperhatikan 
Kondisi umum yang harus diwaspadai dalam melakukan puasa pada anak adalah anak yang mudah sakit (mengalami infeksi berulang), gangguan pertumbuhan, penyakit alergi atau asma serta gangguan perilaku (Autis, Attention Deficit Hiperactivity Disorder-ADHD, dll). 
Keadaan yang harus dihindari berpuasa pada anak pra akil balig adalah penyakit infeksi akut (batuk, pilek, panas), infeksi kronis (tuberkulosis, dll), penyakit bawaan gangguan metabolisme, jantung, ginjal, kelainan darah dan keganasan. Meskipun infeksi akut virus seperti batuk, pilek atau panas yang dialami ringan, bila kondisi tubuh turun seperti saat berpuasa akan menimbulkan resiko komplikasi yang berat.

Selamat Berpuasa, Anakku


referensi: www.suara-islam.com
              www.indonesiaindonesia.com

2 komentar:

  1. Thank U for sharing, Ma..
    Smoga masih inget kalo nanti anakku udah segede Zahra.. hihihi..

    BalasHapus
  2. he he yang jelas mah teori dan praktek berbedaaa hehehe...

    BalasHapus