Kamis, 13 Oktober 2011

Launching Buku Magnitudo 9, LTfS dan Bunda Sakura @ Nagoya

Lama tak bersua di MP, 
mau menyampaikan kabar
Alhamdulillah semalam (Kamis 14 Oktober 2011) telah di-launching
(mungkin lebih tepat di-sosialisasi-kan, ^^) 
Buku baru dari FLP-J serta Fahima:
1. Magnitudo 9
2. Laa Tahzan for Students
3. Bunda Sakura.

Launching mengambil kesempatan pada acara DIBAKAR PPI-Nagoya
(DIskusi BAreng paKAR) bersama Bpk. Djati Mardiatno, dosen Fakultas Geografi UGM
Dengan topik: Pengurangan Resiko Bencana di Indonesia

Karena tema yang "nyambung", 
(ditambah "utang" presentasi mengenai gempa tohoku pada acara DISAMBEL-DIskusi SAMBil LEyeh-leyeh)
Maka saya mengambil kesempatan DIBAKAR kemarin untuk launching buku Magnitudo 9.
Lalu karena pencocokan jadwal yang seringkali sulit, 
jadilah secara spontan sekaligus mensosialisasikan buku Laa Tahzan for Student
- yang tertunda-tunda lama.. dan tak terasa kini, 2 penulis dari Nagoya, baik Ryka maupun Sunu sudah berpindah kota-
serta buku yang baru terbit dari Fahima-FLP: Bunda Sakura.

Ternyata 1 jam itu kurang sekali ^o^

Karena tema yang nyambung dengan topik Bapak Djati,
Pembahasan diawali buku Magnitudo 9 langsung bab "Sekilas Tentang Gempa dan Tsunami"
yang alurnya mengikuti pertanyaan dari audience.
Lalu dipaparkan ringkasan buku dan kelebihan buku ini,
kayanya sudut pandang, fresh, dan bahasa yang ringan.


Lalu dilanjutkan ke Buku Laa Tahzan for Students, 
dengan ragam latar belakang penulis dna pengalaman,
yang semua bermuara pada satu pesan:
Ganbareba, Dekiru!

Kemudian ditutup dengan Bunda Sakura,
yang lebih rame disambut oleh para gadis yang ingin menjadi Bunda
dan para bujang yang mencari Bunda :)

Waktu sudah time up ketika masuk ke buku LTfS dan Bunda Sakura, 
sehingga hanya bisa menjelaskan silas saja.
*mungkin perlu edisi ke-2 ^o^*

Ini merupakan pengalaman pertama-ku
jadi pastinya masih banyak kekurangan di sana sini.
Mohon maaf karena ngga mensosialisakan mengenai acara ini sebelumnya.

Menghaturkan segenap terimakasih pada Teh Yayu, Mba Vivi dan Mba Nurul
yang bener2 bantuin persiapan langsung di hari-H :)
Hontouni Tasukarimashita.
Jazakillah khoiron khatsira.

Tambahan info.
Harga di Jepang:
Magnitudo 9: ¥850, 100% disumbangkan untuk korban bencana Tohoku 2011
Laa Tahzan for Student: ¥600. Royalti dikumpulkan untuk mewujudkan cita2 pelajar yang bertekad melanjutkan pendidikan tinggi di Jepang.
Bunda Sakura: ¥600

Rabu, 05 Oktober 2011

Debut nari @ Festival Indonesia 2011

Konon untuk menyeimbangkan kehidupan dan menjaga stamina dan kebugaran tubuh dan pikiran, kita perlu berolahraga. Kalau 4-2 tahun lalu berusaha keras me-mind-set sepedahan itu berolahraga -walau sambil ngebut2 ngejar waktu hehe- 2 tahun terakhir ini banyak kehilangan olahraga- selain mengejar anak hehe... Saat mendadak ikut main badminton PPIJ, rasanya seger banget, jadi semangat mau olahraga, ehh ternyata dateng ke GOR pas banget ada staf yang negur, ternyata fasilitas olahraga kampus ga bisa untuk anak2. sampe penasaran cross check ke International Student Advisor (ISA) dan beliau juga sampe nge-cek ke ISA board member, ternyata memang ada peraturan tertulisnya.
Lalu tertariklah aku ikutan nari hehe,, awalnya sih pengen aja nari bareng Teh Shanti, yang sepertinya kesempatan terakhir. dan seneng liat gerakan tari Bagurau ini. Ternyata menyenangkan ^o^ jadi olahraga di sela2 kepenatan, walau kadang hanya bisa ikut sebentar.

Soo.. this will be my first dance debut in Indonesia Festival in Nagoya! 
* yang di-pas-pas-in waktunya sesudah undoukai nya Akira

Akan tampil juga Zahra-chan dan teman2 perempuan Bhinneka, nari kipas. 
Lalu ada tampilan nyanyi dan permainan anak dari anak2 Bhinneka-PPI.

iseng bikin versi narsis hehe

Sabtu, 03 September 2011

Catatan H15: [Tabligh Akbar Ramadan] Rumah Tangga Bahagia

Ini isi ceramah dari Tabligh Akbar Ramadan yang diadakan kemarin, Minggu 14 Agustus 2011, dicopas dari catatan Kang Sunu.

Manajemen Rumah Tangga Bahagia
Dr. Abas Mansur Tamam
 
Inti dari kajian kali ini ada 3 :
1. Nilai keluarga di hadapan Allah
2. Arsitektur Rumah Tangga sakinah
3. Ibadah bersama pangkal kebahagiaan keluarga
 
Bagimana kita bisa mengukur nilai keluarga di hadapan Allah?
 
[1] Perlu diingat bahwa Allah memulai kehidupan manusia modern dengan satu keluarga: Adam dan Hawa. Manusia modern perlu digaris bawahi untuk mengantisipasi aosisasi dengan meganthropus, pithecantropus dan jenis-jenis manusia prasejarah lainnya.
 
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (An-Nisa: 1).
 
[2] Rahim, tempat perkembangan pertama manusia menjadi janin hingga bayi, memperoleh komitmen dari Allah dengan janji-Nya.
 
Detik-detik pertama penciptaan, Allah menggantungkan rahim di Arasy Allah Swt. Kata rahim: Tuhanku, ini adalah tempat yang terhormat (maqom) bagi orang yang kembali kepada Engkau setelah memutuskan silaturahmi. Kata Allah: apakah engkau rela kalau Aku dekat dengan orang yang menyambungkan silaturahmi, dan jauh dari orang yang memutuskan silaturahmi? Kata rahim: aku rido. Kata Allah: untuk engkau akan Aku lakukan. (HR Bukhari) 
 
[3] Di Surga kelak, orang yang paling tinggi kedudukannya akan mengangkat anggota keluarganya, tanpa dikurangi pahalanya. 
 
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya" (At-Thur: 21).
 
[4] Allah menyebut keluarga sebagai ikatan yang kokoh (mitsaqon golidozon).
 
Dalam Al-Quran istilah mitsaqon golidzon hanya dipakai untuk 3 hal: (1). Perjanjian Allah dengan para nabi, (2). Perjanjian Allah dengan Bani Israel, (3). Pernikahan. 
 
"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali (mahar), padahal sebagian kamu telah bergaul sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat" (An-Nisa: 21).
 
[5]  Allah mengangkat ibadah haji dari kehidupan keluarga. 
* Sa'i antara Shofa dan Marwa
* Air zamzam
* Lempar jumrah
* Berkurban
 
Selanjutnya, bagaimanakah struktur keluarga sakinah itu?
1. Fondasinya adalah ketaqwaan suami dan isteri. 
    "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (At-Tahrim: 6).
 
2. Pilarnya adalah kepemimpinan (qowamah) suami. 
3. Dindingnya adalah kesolehan isteri.  
4. Jendelanya adalah ketaatan isteri kepada suami (qonitat).
5. Pintunya adalah kemampuhan isteri untuk menjaga diri dan keluarganya (hafidzoh). 
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka)" (An-Nisa: 34). 
6. Atapnya adalah pergaulan yang baik antara suami isteri (al-muasyarah bil makruf).
 
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah. Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (An-Nisa: 19).
 
[CATATAN!]
Untuk mencapai kebahagiaan peran isteri sangat dominan. Al-Quran mengaitkan sakinah (ketenangan keluarga) kepada isteri. 
 
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa cinta dan kasih-sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar-Rum: 21). 
 
Memasuki topik ke-3 mengenai Ibadah dalam keluarga untuk menggapai kebahagiaan.
 
[1] Membaca dan mempelajari Al Quran bersama
 
Dari Abu Hurairah Rasulullah Saw. bersabda: "Tidaklah orang-orang berkumpul di rumah Allah, mereka membaca Al-Quran dan mempelajarinya bersama, kecuali kepada mereka diturunkan ketenangan, mereka diselimuti kebahagiaan, dilindungi oleh para malaikat. Dan Allah akan menyebut nama mereka kepada para malaikat yang ada di sekelilingnya" (HR Abu Daud). 
 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: "Janganlah engkau jadikan rumah engkau sebagai kuburan. Sesungguhnya syetan lari dari rumah yang dibacakan surah Al-Baqoroh" (HR Muslim).
 
[2] Sholat Berjamaah
 
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Thoha: 132).
 
"Jika engkau sholat di masjid, maka jadikanlah sebagain sholat engkau di rumah. Karena akan membawa kebaikan kepada keluarga engkau". 
 
[3] Berdizkir kepada Allah
 
Dari Abu Musa Al-Asy'ari, Rasulullah Saw. bersabda: "Perumpamaan rumah yang diepergunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak dipergunakan dzikir seperti antara hidup dan mati" (HR. Muslim). 
 
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: "Siapa yang mengingat Aku dalam dirinya, maka aku mengingatnya dalam diri-Ku. Siapa yang mengingat Aku dalam sebuah forum, Aku akan menyebutnya dalam forum yang lebih baik dari forum dia" (HR Ahmad). 
 
[4] Kebersamaan
Misalnya : 
Makan bersama.
Mendengar curhat isteri/suami dan anak-anak.
Rekreasi
 
 *+*+*+*+*+*
 
                                               رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
 
“Wahai Tuhan kami, jadikanlah untuk kami isteri dan keturunan kami permata hati untuk kami. Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin untuk orang-orang yang bertaqwa” (Al-Furqon: 74)
 

Sabtu, 27 Agustus 2011

Catatan H28: Keutamaan Sholat Sunnah

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
(http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/keutamaan-shalat-sunnah-rawatib.html)

Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ. قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ فَمَا بَرِحْتُ أُصَلِّيهِنَّ بَعْدُ

Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibahradhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” [1]

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib, sehingga Imam an-Nawawi mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam bab: keutamaan shalat sunnah rawatib (yang dikerjakan) bersama shalat wajib (yang lima waktu), dalam kitab beliau Riyadhus Shaalihiin. [2]

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

1. Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib lima waktu. [3]
2. Dalam riwayat lain hadits ini dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang disebutkan dalam hadits di atas[4], yaitu: empat rakaat sebelum shalat Zhuhur[5] dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’ dan dua rakaat sebelum Subuh[6]. Adapun riwayat yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat Ashar”, maka ini adalah riwayat yang lemah[7] karena menyelisihi riwayat yang lebih kuat yang kami sebutkan sebelumnya. [8]
3. Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga shalat-shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami dan dikerjakan oleh Ummu Habibahradhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas dan demikian yang diterangkan oleh para ulama[9].
4. Jika seseorang tidak bisa melakukan shalat sunnah rawatib pada waktunya karena ada udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di waktu lain[10]. Ini ditunjukkan dalam banyak hadits shahih. [11]
5. Dalam hadits ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan amal ibadah kepada Alah Ta’ala semata-mata.
6. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.” [12]
7. Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan petunjuk dan sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih utama dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.

Keutamaan Sholat Sunnah:
http://an-naba.com/keutamaan-shalat-sunnah/

1.    Menyempurnakan shalat wajib dan menutupi kekurangannya.
Berdasarkan hadits marfu’ riwayat Tamim Ad-Daari -Radhiyallahu ‘anhu-:
“Amal yang kali pertama dihisab dari seorang hamba pada Hari Kiamat nanti adalah shalatnya. Bila shalatnya sempurna, maka akan dituliskan pahalanya dengan sempurna. Bila belum sempurna, maka Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Lihatlah apakah kalian mendapatkan hamba-Ku itu mengerjakan shalat tathawwu’ sehingga dengannya kalian menyempurnakan shalat wajibnya?’ Demikian juga dengan zakatnya, kemudian baru amal perbuatan lain dihisab menurut ukuran tersebut.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

2.    Mengangkat derajat seseorang dan menghapuskan kesalahannya.
Berdasarkan hadits Tsauban maula Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, dari Nabi bahwa beliau bersabda:
“Hendaknya kalian banyak-banyak bersujud. Sesungguhnya apabila kalian bersujud kepada Allah sekali saja, akan Allah angkat satu derajat kalian dan akan Allah hapuskan satu kesa­lahan kalian.”(HR. Muslim)

3.    Memperbanyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuknya seorang hamba ke dalam Surga, untuk menemani Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-.
Berdasarkan hadits Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslami -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia bercerita, “Aku pernah menginap di rumah Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-. Aku membawakan air wudhu dan keperluan beliau. Beliau berkata, ‘Mintalah sesuatu.’ Aku menjawab, ‘Aku ingin menjadi orang yang menemanimu di Surga.’ ‘Atau ada permintaan lain?’ Tanya beliau. ‘Itu saja.’ Jawabku. Beliau -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Bantulah aku untuk memenuhi keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud..” (HR. Muslim)

4.    Shalat sunnah adalah amalan sunnah lahiriyah yang paling utama setelah jihad dan ilmu, baik mempelajari maupun mengajarkannya.
Berdasarkan hadits Tsauban -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Istiqamahlah kalian, dan kalian tidak akan pernah sempurna. Ketahuilah, sebaik-baik amalan kalian adalah shalat. Tidak ada yang selalu menjaga wudhu selain orang beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Imam Ahmad)

5.    Shalat sunnah di rumah akan membawa keberkahan.
Berdasarkan hadits Jabir bin Abdillah -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Apabila salah seorang di antaramu usai shalat di masjid, hendaknya ia menyisakan shalat untuk dikerjakan di rumahnya. Karena Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dengan shalatnya tersebut.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits marfu’ dari Zaid bin Tsabit -Radhiyallahu ‘anhu- yang berbunyi:
“Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah kalian, karena seutama-utama shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh hadits Muslim:
“Hendaklah kalian mengerjakan shalat di rumah kalian, karena sebaik-baik shalat bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar -Radhiyallahu ‘Anhuma- dari Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, beliau bersabda:
“Jadikanlah sebagian dari shalat kalian untuk dilakukan di rumah kalian, dan jangan kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

6.    Shalat sunnah dapat membuahkan kecintaan Allah kepada seorang hamba.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan peperangan kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang lebih Aku sukai daripada amalan yang telah Aku wajibkan atasnya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Bila ia meminta, pasti akan Aku berikan. Bila ia meminta perlindungan, pasti Aku beri perlindungan. Tidak pernah Aku merasa bimbang sebagaimana ketika Aku mencabut nyawa seorang mukmin yang tidak menyukai kematian, sementara Aku tidak ingin menyakitinya.” (HR. Al-Bukhari)
Secara tekstual hadits di atas, kecintaan Allah kepada seorang hamba akan muncul bila seorang hamba istiqamah mengerjakan kewajibannya dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melak­sanakan yang wajib, baik berupa shalat, puasa, zakat, haji atau ibadah lainnya.

7.    Meningkatkan rasa syukur seorang hamba kepada Allah -’Azza wa Jalla-.
Berdasarkan hadits Aisyah -Radhiyallahu ‘Anha- bahwa Nabi -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- biasa melakukan shalat malam hingga telapak kaki beliau bengkak. Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Mughirah bin Syu’bah -Radhiyallahu ‘anhu- juga meriwayatkan bahwa ia bercerita, Rasulullah biasa melakukan shalat malam hingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Ada orang bertanya, “Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?”
(Dikutip dari buku Himpunan Dan Tata Cara Shalat Sunnah Sesuai Tuntunan Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- karya Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani. Diterbitkan olehPustaka At-Tibyan – Solo)

Rabu, 17 Agustus 2011

Catatan H17: Yang Tak Terduga

Kata-kata yang sudah terketik di kepala pagi hari tanggal 17 Ramadan/17 Agustus belum sempat terketikkan di MP, hanya baris pendek saja kulayangkan di FB dan Twitter, serta status di YM ^^. Nyatanya, kita ngga tau apa yang bisa terjadi waktu berikutnya, yang mengedit deretan kata di dalam sisi memori, digantikan tema baru.

17 Agustus,, yup! Hari kemerdekaan kita! Bagiku sejak SMP, hari ini juga menandai bertambahnya usia sahabatku, Rani, dimana kami biasa menghabiskan hari 17an bersama di masa SMP dan SMA. 

Di Nagoya, "Kakak"nya Zahra, Kakak Fira, juga ulang tahun tanggal 17, sehingga selalu hadir kue ulang tahun di acara 17an-nya PPI Nagoya -- hingga tahun lalu.

17 Agustus kali ini sangat special karena bertepatan dengan 17 Ramadan. Apanya yang special?? Sangat special.. karena 17 Ramadan 7 tahun yang lalu, aku sedang berjuang melahirkan Zahra.. perjuangan di bulan suci, yang terasa sekali pertolongan dari Allah.. yang terasa sekali kasih sayang dan support dari keluarga dan para sahabat.. special karena saat itu aku berjuang tidak sendirian, selain keluarga, banyak teman-teman yang turut menunggu di rumah sakit..
 
‎17 Ramadan 7 tahun lalu, Allah menyelamatkan bayi kecil dengan detak jantung tak normal yang mau lahir ke dunia, karenanya kami beri nama Anjainah, yang diselamatkan oleh Allah, dan semoga selalu diselamatkan oleh Allah, di dunia dan di akhirat, aminnn, Terimakasih ya Allah bayi kecil suci ini lahir dan tumbuh dengan normal, sehat, dan cerdas.. kami berharap rasa syukur selalu mengisi hati kami dan anak kami, karenanya kami beri nama Syakira, Syukur, bukan hanya bersyukur di lidah, tapi bersyukur secara keseluruhan, memanfaatkan tubuh dan raga ini dengan optimal, digunakan untuk menimba ilmu dan mendekatkan diri dengan sang Khalik, dan memberikan manfaat dan sesama dan bagi alam, aminnn.. Bayi mungil putih nan cantik, yang memberikan kebahagiaan, kami berikan nama Zahra, seperti Nabi memberikan nama Az-Zahra pada putrinya Fatimah.. semoga tumbuh sholeh, aminnn..

Tak ada perayaan khusus.. hanya ada cerita dan canda,, dan permintaan Zahra supaya Mamahnya ngga galak, he he he.. Pagi ini ikut saur, katanya ingin puasa sampe magrib hari ini. Baca Iqro, lalu cerita lagi sambil tiduran.. yang ternyata Zahra ngga bisa tidur. Mungkin terlalu bersemangat ingin jalan-jalan sama Kak Aya, Deeja, Ua Shanti dan Pak Imam ke aquarum di Gifu hari ini.  Mamahnya harus ke kampus menyelesaikan salah satu analisis untuk dikirim hari ini, dan ayahnya ada jadwal kerja hingga malam.. Akira tetap ke hoikuen seperti biasanya..

Jam setengah 11, aku mengantar Zahra ke rumah Ua Shanti.. lalu jemput bada magrib di rumah Pak Imam.
Alhamdulillah berhasil puasa hingga magrib! sempat minum 1 kali pas siang.. aku memang bisa kalau sudah lewat jam 12, boleh minum.. tapi katanya minumnya hanya 1 kali saja 
Zahra langsung ngasih liat foto-foto yang Zahra ambil di aquarium Toto, banyak ikan-ikan besar!
(Foto: Pak Imam)

Lalu pembicaraan beralih ke Hamster baru Deeja, oleh-oleh dari Pak Imam ^^. Setelah itu kembali bermain bersama Aya, Deeja, Akira. Akira terpesona sekali dengan hamsternya!

Selesai makan, pass banget hendak latian nari, terdengar tangisan Zahra, aku tak berpikir yang aneh, yah mungkin jatuh atau kejedug, yang "biasa" bagi anak-anak. Aku mulai agak panik waktu Mba Puji berseru "berdarah!!"
Tanganku mencoba tenang dengan hati yang panik melihat darah mengalir deras dari matanya. Aku segera mengambil Zahra di tangan kiriku, dan meraih tisu yang disodorkan, untuk membersihkan aliran darahnya. Lalu aku meminta kain pada Miki-san, serta minta tisu yang dibasahkan. Legaaa saat mengetahui mata Zahra baik-baik saja. Sumber lukanya ada di dahi persis di atas hidung di tengah-tengah kedua mata. Dahinya terobek, dengan luka cukup dalam, ngga tega rasanya melihatnya, aku membiarkan Zahra menangis, dan menempelkan kain di dahinya agar lukanya berhenti.
Pak Imam langsung mengajak ke RS untuk diperiksa lebih lanjut, karena mungkin perlu dijahit, sembari juga meyakinkan tidak adanya hal lainnya. Teh Shanti dan Mba Puji juga ikut menemani, Akira juga tentunya. Sedang Aya Deeja menunggu bersama Miki-san.

"Zahra pasti sakit banget ya.. tapi coba yang tenang ya.. kl nangisnya keras tenaganya nanti habis.."
Perlahan Zahra mencoba lebih rileks, berhenti menangis, dan mencoba mengatur nafasnya.

RS terdekat dari rumah Pak Imam rupanya tidak ada dokter jaga yang bertugas, sehingga mereka menyarankan ke emergensi center. Namun emergensi center terdekat rupanya cukup jauh, sehingga kami memutuskan untuk ke Red Cross Hospital - Yagoto Nisseki, yang beroperasi 24 jam. RS ini tempat opname Zahra dan Akira, dan terkadang kami juga ke emergensinya. RS ini juga langganan Teh Shanti, yang sudah mengerti seluk beluknya.

Beruntung sekali emergensi disini sigap dan kartu asuransi bisa disusulkan. Ayah datang menyusul sepulang kerja, dengan membawa kartu RS serta kartu asuransi. Tak lama, nomor kami, 146 dipanggil masuk. Kami masuk bersama Pak Imam, yang sangat fasih berbahasa Jepang. Dokternya laki-laki. Pertama dokternya memeriksa lukanya, agak dibuka (yang membuatku miris). "Dalam ya lukanya"


Pak Imam lalu menjelaskan apa yang terjadi, kebetulan beliau menyaksikan langsung apa yang terjadi. Zahra loncat ke depan sofa, dari belakang sofa, tampaknya bermasuk mau duduk. Hanya saja loncatnya kebablasan dan meluncur, kepalanya persis kejedug pinggiran meja, dimana mejanya adalah meja kaca. Melihat proses kejedugnya, Pak Imam langsung menduga bisa berdarah, dan ternyata betul. hanya saja lukanya lebih dalam dari yang diduga.

Dokter lalu memeriksa otot semua bagian tubuhnya, di "moshi-moshi" apa itu ya, didengar pake alat dokter itu. ko tiba2 lupa namanya ya. Lalu dicek apakah kaki kanan dan kiri bisa gerak, jari-jari kaki bisa gerak, pergelangan kaki bisa gerak, demikian juga untuk tangan. kepala diputar. mata dicek. bagian dalam mulut dan rahang. Alhamdulillah semua baik.
Dokter itu lalu memanggil rekan dokternya, perempuan, untuk pendapat kedua. Dokter perempuan ini melihat luka Zahra dengan senter, dan juga merasa lukanya agak dalam, dan khawatir jika ada luka di dalamnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk CT ^^
Beginilah RS di negara maju yang penuh fasilitas. Semua serba dicek, sehingga dokter bisa yakin dengan tindakan yang perlu diambil. 

Tidak sampe 1 jam setelah CT, kami dipanggil kembali. Hasil CT sudah keluar, dan kami diperlihatkan 3D kepala Zahra. Lobang lukanya hingga ke tulang tengkoraknya. Tampak sedikit retakan tipis di tulangnya, yang bisa jadi retakan bisa jadi juga sambungan tulang. kata dokter akan sembuh sendiri, apalagi anak kecil lebih cepat sembuhnya. Semula dokternya mempertimbangkan untuk menjait lukanya, namun karena beliau bukan spesialis bedah, beliau menyarankan untuk kembali lagi ke RS bertemu dengan dokter bedah spesialis kulit (semacam dokter kecantikan), pertimbangannya karena Zahra perempuan, dan tentunya tangan ahli bisa lebih indah menjaitnya. Sembari juga melihat apakah lukanya bisa menutup sendiri. Setelah diobati lukanya dengan sejenis betadine (3 kali), dokternya menempelkan plester ke lukanya, sembari ditekan lobang lukanya agar menutup. Ngga sekali jadi, pertama dicoba gagal, lalu dokter itu meminta bantuan rekannya.

Dokternya juga bercerita kalau sempat bertemu Zahra waktu bulan April lalu Zahra diopname, beliau masih inget ZAhra sakit kaki kiri kanan saat itu. Memang pernah beberapa kali ada rombongan dokter laki yang mencek Zahra, tapi aku ngga ingat wajah2nya. Zahra rupanya masih ingat. Saat itu dokternya datang pas lagi sama ayah katanya. Malam ini, Zahra dikasih obat untuk mencegah bakteri, 3 kali sehari untuk 3 hari. 

Semua pemeriksaan dan obat gratis, alhamdulillah.

Moga-moga cepat sembuh ya Nak!
Jangan ada luka lagi ^^ amiiinnnnn

Alhamdulillah malam ini Zahra diselamatkan oleh Allah, dan diberikan kesabaran. Pasca CT sudah bisa bicara dan bercanda lagi. dan sudah bisa jalan lagi. Malam ini juga tidurnya nyenyak.

Semoga sehat, genki ippai seterusnya ya! amiinnn

 Terimakasih banyak untuk Pak Imam, Teh Shanti, Mba Puji, Miki San, Aya, Deeja, Ayah, dan Akira untuk hari ini, o sewa ni narimashita  

ps. Akira baik bangett semalaman ini!

(Zahra, minggu 21 Agustus, di jalan menuju mesjid)

Senin, 15 Agustus 2011

Catatan H14: Pelangi Ramadan

Minggu 14 Ramadan ada pengajian dan buka bersama KMI/UMIN. Acaranya berlangsung lama sebenarnya, dari jam 10 hingga buka bersama.
Karena pagi masih ngurus persiapan konsumsi, siang jemput konsumsi, baru tiba di lokasi sekitar pukul 3. Saat masuk ruangan, Bapak-Bapak sedang sholat ashar berjamaah, di pojok sudha ditata lokasi untuk Kid Corner, yang kami buat atas kerjasama TQN-Bidmus dengan Bhinneka, untuk mengisi kegiatan anak-anak dengan kegiatan 

Zahra sudah duduk di area kid corner, karena semalam menginap di rumah Ne-chan, ikut sahur katanya, dan masih puasa, alhamdulillah :)

Pasca sholat ashar, Bapak2/para ikhwan duduk di sisi kanan, lalu dengan pembatas duduk di sisi kirinya ibu2/para akhwat, dan di sisi paling kiri tim konsumsi sigap dengan persiapan berbuka, di belakang ada kid corner, dimana aku dan anak-anak berada. Sembari mendengar ceramah dari Pa Ustzah Abas Mansur mengenai manajemen rumah tangga bahagia, aku mengajak anak-anak berkreasi.

Kid corner sore ini:
# Ide "just on time" dari Rini, Ibu Bidmus, adalah membuat prakarya yang akan ditempel di spanduk. Spanduknya berupa kertas poster besar. Prakarya bisa berupa origami maupun gambar. Pendamping kegiatan ini ada Mba Ulfah, Mba Vivi, Mba Novi, juga Teh Shanti, Mba Via dan Mba Nunung. 
Alhamdulillah anak-anak semua turut aktif berkreasi. Beberapa anak yang semula sibuk sendiri, maupun yang tadinya malu-malu, lambat laun bisa juga turut larut berkarya. 
Geng "beruburedo" pasca bikin prakarya dan puas sudah menempel hasilnya di spanduk, kembali ke beruburedo nya :) 
Anak-anak perempuan diseling dengan aktifitas mewarnai, menulis huruf hijaiyah, menyambung angka, dan mencari jalan di permainan maze. 
Pukul 5, secara bergantian anak-anak membaca Iqro. Beberapa juga mengambil inisiatif antri mau baca iqro, beberapa anak lain juga memilih baca iqro dengan ibu masing-masing :)
Pukul 6, semua prakarya selesai ditempelkan di spanduk, yang sambung menyambung menjadi 3 lembar, ditambah 1 lembar lagi, jadi total 4 lembar poster. Ceria, kreatif dan warna-warni sekali hasil karya anak-anak, Kami yang memikirkan judul, semula berpikir "Warna-warni Ramadan", lalu berakhir di "Pelangi Ramadan", didukung adanya gambar pelangi warna-warni karya salah satu anak :) 

Ini dia hasilnya:
(gambar close up pelangi ramadan, courtesy Mba Novi Irwan)

Selesai pasang spanduk, anak-anak berkerumun mendengar cerita dari Nunung Sensei :)

Tak terasa tiba waktu berbuka, anak-anak ceria semua :) semangat makan sop buah blewah. Lalu ikut sholat magrib berjamaah, dan kemudian makan soto ayam bandung. Alhamdulillah kegiatan hari ini berlangsung lancar, dan anak-anak tertib  Terimakasih semuanya.

Alhamdulillah hari ini adalah pertama kalinya Zahra berpuasa penuh mulai saur hingga margib. *Terimakasih Ne-chan, Bunda Via dan Yanda Ade*

Soto Ayam Bandung 
(aku kebagian bikin kuah/ayam soto bandung, plus telur rebus, seledri, lemon, dan nasi)

(Foto bersama Bapak-Bapak, foto: Bang Iru)
(Foto bersama Ibu dan Anak, foto: Bang Iru)